Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Rindu Membawaku Padamu (Karya Aspar Paturusi)

Puisi "Rindu Membawaku Padamu" karya Aspar Paturusi bercerita tentang perjalanan seseorang yang membuka kembali “tirai halaman” kehidupannya.
Rindu Membawaku Padamu

kusingkap lagi tirai halaman ini
rindu menggiringku ke depan tirai
aku ingin membalas lambaian salam
tangan-tangan mengulurkan persahabatan
 
kulihat ukiran namamu
terpahat di dinding nasib
tulus menerima segala
bukan lantaran kalah
 
ayo kita memulai
jalanan begitu panjang
tak ada titik perhentian
sampaikah kita pada-Nya
 
rindu pula membawaku ke halamanmu
namun kita tak tergiur lagi pada masa lalu
berjuta mimpi, debar gelisah, terkubur di situ
ada yang memburu, tiba saat menutup pintu
 
rinduku dan rindumu
kadang mengiriskkan haru
pasti bersua kita di akhir waktu

Jakarta, 16 Mei 2012

Analisis Puisi:

Puisi "Rindu Membawaku Padamu" merupakan salah satu karya Aspar Paturusi yang kental dengan nuansa kontemplatif, spiritual, dan relasional. Melalui bahasa yang lembut namun penuh daya pikat, penyair menghadirkan rindu bukan sekadar perasaan, melainkan perjalanan batin menuju pemahaman diri, kenangan, dan ketabahan hidup.

Tema

Tema dalam puisi ini merujuk pada kerinduan yang bersifat spiritual dan emosional, yakni rindu kepada seseorang, kepada masa lalu, dan akhirnya kepada Tuhan. Rindu digambarkan sebagai kekuatan yang menggerakkan penyair untuk menengok kembali jejak hidup sekaligus menapaki perjalanan menuju keheningan batin.

Puisi ini bercerita tentang perjalanan seseorang yang membuka kembali “tirai halaman” kehidupannya. Di sana ia menemukan nama seseorang yang menorehkan kenangan dan persahabatan. Namun perjalanan ini juga menunjukkan kedewasaan: keinginan untuk memulai lembaran baru, meninggalkan masa lalu, dan berjalan menuju tujuan akhir (yang diisyaratkan sebagai Tuhan).

Kerinduan di sini bukan sekadar romantik, tetapi rindu yang membimbing, yang membuat manusia ingin kembali memahami makna relasi dan nasibnya sendiri.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini sangat kuat. Tersirat bahwa rindu bukan rasa yang pasif, melainkan tenaga pendorong spiritual. Rindu membawa penyair pada refleksi tentang perjalanan hidup: menerima nasib, melupakan masa yang fana, dan memandang tujuan akhir sebagai puncak pertemuan.

Ada pula pesan bahwa masa lalu tidak boleh menahan langkah. Meski di sana terdapat mimpi, gelisah, dan kenangan, manusia harus terus berjalan “hingga sampai pada-Nya”.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang terasa dalam puisi ini adalah hening, reflektif, haru, sekaligus penuh ketabahan. Pembaca merasakan suasana batin yang lembut namun dalam, seakan penyair sedang membuka buku kehidupan, menatap masa lalu tanpa penyesalan, dan menyiapkan diri untuk perjalanan spiritual yang masih panjang.

Di beberapa bagian, suasananya juga melankolis, terutama saat menggambarkan mimpi-mimpi yang terkubur dan masa lalu yang tak lagi ingin digenggam.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Jika melihat pesan yang muncul, maka amanat dari puisi ini adalah:
  1. Terima masa lalu tanpa membiarkannya membelenggu langkah.
  2. Rindu dapat menjadi kekuatan yang membawa kita pada kebaikan, bukan hanya memenjarakan kenangan.
  3. Hidup adalah perjalanan panjang menuju Tuhan; teruslah melangkah, tanpa berhenti.
  4. Pertemuan sejati akan tiba pada “akhir waktu”, yakni pada saat manusia kembali kepada Sang Pencipta.
Amanat ini memberi nuansa spiritual yang menenangkan sekaligus meneguhkan pembaca.

Imaji

Imaji dalam puisi ini muncul melalui beberapa gambaran konkret:
  • “kusingkap lagi tirai halaman ini” → imaji visual halaman kehidupan yang disingkap.
  • “lambaian salam / tangan-tangan mengulurkan persahabatan” → imaji gerak yang hangat.
  • “ukiran namamu / terpahat di dinding nasib” → imaji visual yang kuat dan simbolik.
  • “jalanan begitu panjang / tak ada titik perhentian” → imaji perjalanan hidup.
  • “berjuta mimpi… terkubur di situ” → imaji emosional yang melankolis.
  • “rinduku dan rindumu / kadang mengiriskkan haru” → imaji rasa yang tajam dan menyentuh.
Imaji-imaji ini menghidupkan suasana kontemplatif dan spiritual dalam puisi.

Majas

Beberapa majas yang tampak digunakan dalam puisi ini antara lain:

Metafora
  • “tirai halaman” sebagai metafora dari lembaran kehidupan atau kenangan.
  • “dinding nasib” sebagai metafora perjalanan takdir manusia.
Personifikasi
  • “rindu menggiringku” → rindu diperlakukan seperti makhluk yang menuntun jalan.
Hiperbola
  • “jalanan begitu panjang / tak ada titik perhentian” → melukiskan kehidupan sebagai perjalanan tanpa akhir.
Simbolik
  • Seluruh puisi banyak menggunakan simbol seperti tirai, jalanan, mimpi, ukiran nama, yang menunjukkan perjalanan batin dan spiritual.
Puisi "Rindu Membawaku Padamu" bukan sekadar curahan kerinduan, tetapi sebuah refleksi mendalam tentang perjalanan manusia menuju penerimaan diri dan kedekatan spiritual. Dengan tema rindu dan perjalanan, puisi ini menghadirkan pengalaman batin yang lembut namun kuat, membawa pembaca menyelami makna kehidupan, masa lalu, dan tujuan akhir.

Aspar Paturusi
Puisi: Rindu Membawaku Padamu
Karya: Aspar Paturusi

Biodata Aspar Paturusi:
  • Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
  • Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.