Sumber: Pidato Akhir Tahun Seorang Germo (1997)
Analisis Puisi:
Puisi “Sepanci Biji Kana untuk Maria” karya F. Rahardi merupakan salah satu contoh puisi naratif-realistik yang kuat, yang menggambarkan potret kehidupan rakyat kecil secara intim, hangat, dan menyentuh. Melalui kisah seorang nenek di lereng Pegunungan Menoreh, penyair menghadirkan gambaran kemiskinan, kerja keras, iman, dan harapan sederhana yang justru tampak begitu agung dalam kesunyian hidup sehari-hari.
Tema
Tema utama puisi ini adalah ketabahan dan kesalehan seorang perempuan tua dalam menghadapi kemiskinan dengan kerja keras dan iman. Ada perpaduan kuat antara realitas sosial yang keras—kemarau, ladang kering, panci bocor, kebutuhan sehari-hari—dengan religiositas sederhana yang menjadi sumber kekuatan.
Tema tambahan yang dapat terbaca adalah pengorbanan, kesederhanaan, dan harapan, terutama melalui tindakan si nenek yang membuat rosario dari biji kana demi menyambung hidup sekaligus mengabdi pada pandangan spiritualnya.
Puisi ini bercerita tentang seorang nenek miskin di Kulonprogo yang memungut biji-biji kana dari ladang kering pada musim kemarau. Biji-biji itu kemudian ia bawa pulang dan ia lubangi satu per satu dengan kawat baja runcing. Setelah itu ia rangkai menjadi sebuah rosario, yang kemudian ia setor ke sebuah kios dekat gereja untuk ditukar dengan sedikit uang.
Uang tersebut digunakan untuk membeli beras, sabun, dan membayar uang sekolah salah satu cucunya. Meski begitu, ketika ditanya mengapa ia mengumpulkan biji kana, ia selalu menjawab bahwa biji itu adalah “untuk Dewi Mariah” (Maria), sebagai bentuk pengabdian dan penghormatan iman. Proses pengumpulan, melubangi, dan merangkai biji itu menjadi semacam ritual pengharapan: semoga cucunya naik kelas, semoga harga kebutuhan tidak naik, dan semoga semakin banyak anak tahu kisah Maria dan Yesus.
Makna Tersirat
Makna tersirat yang muncul dari puisi ini berkaitan dengan beberapa hal:
- Kemiskinan yang tetap dijalani dengan martabat. Puisi ini tidak sekadar menggambarkan kemiskinan, tetapi kemiskinan yang diterima dengan penuh ketekunan dan tanpa keluhan. Si nenek bekerja dalam diam, menggunakan apa yang ada—panci bocor, biji kana kering—namun selalu berlandaskan harapan.
- Iman sebagai bentuk keteguhan hidup. Tindakan membuat rosario bukan sekadar pekerjaan menghasilkan uang, tetapi juga pengabdian spiritual. Jawaban “biji-biji ini untuk Dewi Mariah” menegaskan bahwa iman menjadi penopang batin yang membuat hidup berat tetap terasa berarti.
- Harapan kecil sebagai bentuk doa. Harapan agar cucunya naik kelas, agar harga beras tidak naik, dan agar anak-anak memahami kisah Maria dan Yesus adalah bentuk doa sehari-hari yang membumi dan sederhana. Penyair ingin menunjukkan bahwa harapan kecil seperti itu justru mencerminkan ketulusan paling murni.
- Kritik sosial yang halus. Puisi ini juga menyiratkan realitas sosial yang pahit: seorang nenek harus bekerja keras demi kebutuhan paling dasar. Tanpa menyalahkan siapa pun secara langsung, penyair memperlihatkan keadaan masyarakat kecil yang bergantung pada kerja manual untuk bertahan hidup.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini dapat digambarkan sebagai:
- sunyi dan sederhana, karena gambaran ladang kemarau dan pekerjaan seorang nenek sendirian;
- melankolis, terutama ketika menggambarkan kehidupan yang sulit;
- religius dan penuh harapan, saat nenek merangkai biji kana menjadi rosario sambil menyebut harapan-harapannya.
Perpaduan suasana itu menciptakan kesan kuat tentang hidup yang keras namun tetap hangat oleh iman.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Puisi ini menyampaikan pesan bahwa kesederhanaan, ketekunan, dan iman dapat menjadi kekuatan dalam menghadapi kemiskinan dan kesulitan hidup. Sikap nenek yang tekun dan tidak pernah mengeluh memperlihatkan bahwa kerja kecil yang dilakukan dengan hati, terutama demi orang lain, memiliki nilai spiritual yang lebih tinggi daripada apa yang tampak.
Pesan lain yang dapat ditangkap yaitu:
- Pengorbanan seorang perempuan tua demi keluarga adalah hal suci yang sering tak terlihat oleh dunia.
- Setiap kerja tulus, meskipun tampak remeh, memiliki makna besar karena ia menghidupi harapan.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji visual, misalnya:
- “kemarau telah datang dan mengeringkan polong buah kana” → menghadirkan gambaran ladang kering.
- “panci aluminium yang bocor, penyok-penyok dan menghitam” → detail konkret kehidupan miskin.
- “biji-biji kana itu dilubanginya satu per satu” → visual yang kuat tentang kerja manual dan ketekunan.
- “dirangkailah biji-biji itu dengan rantai kecil dengan sebuah salib plastik” → imaji religius.
Imaji ini membuat pembaca dengan mudah membayangkan dunia si nenek: keras, kotor, tetapi sarat makna.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
- Majas Metonimia / Simbolik: Penggunaan “biji-biji kana” sebagai unsur yang kemudian menjadi rosario merupakan simbol ketekunan, iman, dan harapan dalam kemiskinan.
- Majas Repetisi: Pengulangan frasa “biji-biji kana itu” dan “mudah-mudahan” menegaskan ritme hidup si nenek yang repetitif namun penuh harapan.
- Majas Personifikasi: Harapan-harapan kecil dan proses membuat rosario diberi nuansa seolah memiliki kehidupan sendiri yang mendampingi si nenek.
Puisi “Sepanci Biji Kana untuk Maria” bukan hanya kisah tentang seorang nenek yang membuat rosario dari biji-biji kana, tetapi merupakan potret keheningan kerja keras yang sarat iman dan kasih. F. Rahardi menghadirkan dunia kecil yang tampak sederhana, namun sesungguhnya memuat kompleksitas sosial, spiritualitas, dan emosi manusia yang mendalam.
Melalui penggunaan imaji konkret dan narasi yang lugas, puisi ini menjadi pengingat bahwa kemuliaan sering tersembunyi dalam kerja kecil yang tak pernah dilihat banyak orang, dan doa-doa paling tulus sering lahir dari tangan-tangan yang bekerja dalam diam.
Karya: F. Rahardi
Biodata F. Rahardi:
- F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.
