Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Silhuet (Karya Dimas Arika Mihardja)

Puisi “Silhuet” karya Dimas Arika Mihardja menyoroti bagaimana kata-kata dan pengalaman hidup berpadu menjadi bentuk seni yang lahir dari rasa ...
Silhuet
(: lanskap senja)

Kata-kata mengarus dan berpusar
mengalirkan silhuet dan lanskap hidup 
penuh warna:
mata berkaca-kaca

terasa ada yang lepas dari jemari
meluncur ke angkasa
dan hati tersileti:
nyeri

relief dan pahatan begitu tegas
kaligrafi dinding hari:
puisi.

30 Maret 2007

Analisis Puisi:

Puisi “Silhuet” memiliki tema tentang pergulatan batin dan keindahan makna kehidupan melalui puisi. Dimas Arika Mihardja menyoroti bagaimana kata-kata dan pengalaman hidup berpadu menjadi bentuk seni yang lahir dari rasa sakit, kehilangan, dan kepekaan jiwa. Puisi ini tidak sekadar menggambarkan peristiwa, tetapi juga perjalanan batin seorang penyair yang menyalurkan emosi menjadi karya.

Puisi ini bercerita tentang proses kreatif dan perasaan yang mengiringinya. “Kata-kata mengarus dan berpusar” menggambarkan bagaimana ide dan emosi bergerak dalam diri penyair, lalu mengalir menjadi silhuet dan lanskap hidup penuh warna.

Di tengah proses itu, muncul perasaan kehilangan — “terasa ada yang lepas dari jemari” — yang dapat dimaknai sebagai momen di mana sesuatu yang berharga (mungkin kenangan, cinta, atau makna hidup) perlahan meninggalkan dirinya.

Namun dari kehilangan itulah, lahir karya: “relief dan pahatan begitu tegas / kaligrafi dinding hari: / puisi.”

Jadi, puisi ini bercerita tentang lahirnya puisi dari luka dan pengalaman hidup yang mendalam.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam “Silhuet” adalah puisi sebagai wujud sublimasi jiwa, yakni transformasi rasa sakit, kehilangan, dan permenungan menjadi bentuk keindahan. Dimas Arika Mihardja ingin menyampaikan bahwa setiap kata lahir dari pengalaman yang tidak selalu manis.

“Silhuet” sendiri bermakna bayangan atau bentuk samar yang ditinggalkan oleh cahaya dan kegelapan — simbol dari kenangan, luka, dan perjalanan hidup yang membekas dalam diri manusia.

Dengan demikian, puisi ini mengandung makna tersirat tentang proses manusia mengolah duka menjadi karya, dan menjadikan puisi sebagai bentuk perenungan diri terhadap kehidupan yang fana.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini melankolis dan reflektif. Ungkapan seperti “mata berkaca-kaca”, “terasa ada yang lepas dari jemari”, dan “hati tersileti: nyeri” menghadirkan nuansa duka, kehilangan, dan kerinduan yang dalam.

Namun di balik kesedihan itu, terselip ketegasan dan keindahan, terutama pada bagian akhir: “relief dan pahatan begitu tegas / kaligrafi dinding hari: puisi.” Suasana yang awalnya sedih kemudian berubah menjadi penuh makna — menandakan transisi dari penderitaan menuju penciptaan.

Imaji

Puisi ini sarat imaji visual dan emosional.
  • Imaji visual terlihat pada frasa “kata-kata mengarus dan berpusar” serta “meluncur ke angkasa”, yang menghadirkan bayangan gerak dan ruang.
  • Imaji emosional tampak kuat dalam “mata berkaca-kaca” dan “hati tersileti: nyeri”, yang menggugah perasaan pembaca.
  • Sedangkan imaji artistik muncul di akhir melalui “relief dan pahatan begitu tegas / kaligrafi dinding hari”, menggabungkan dunia seni rupa dengan dunia bahasa.
Imaji dalam puisi ini memperlihatkan bagaimana penyair melihat kehidupan sebagai karya seni yang penuh warna dan lapisan makna.

Majas

Dimas Arika Mihardja menggunakan beragam majas yang memperkaya keindahan puisinya, di antaranya:
  • Majas personifikasi: “kata-kata mengarus dan berpusar” menggambarkan kata-kata seolah memiliki kehidupan sendiri, bergerak dan berputar layaknya arus air.
  • Majas metafora: “silhuet dan lanskap hidup penuh warna” adalah metafora untuk perjalanan hidup manusia yang kompleks, penuh suka dan duka.
  • Majas hiperbola: “hati tersileti: nyeri” mengekspresikan luka batin yang begitu dalam secara berlebihan namun puitis.
  • Majas simbolik: “kaligrafi dinding hari” menjadi simbol bahwa setiap hari adalah catatan kehidupan — seperti dinding yang diukir oleh waktu dengan pahatan pengalaman.
Kehadiran majas-majas ini mempertegas gaya khas Dimas Arika Mihardja yang kaya metafora, padat simbol, dan reflektif.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat yang dapat dipetik dari puisi ini adalah bahwa kehidupan dan rasa sakit dapat menjadi sumber keindahan dan makna jika diolah dengan kesadaran dan ketulusan. Penyair ingin menyampaikan bahwa setiap pengalaman — baik bahagia maupun perih — memiliki nilai yang dapat diabadikan melalui kata.
Puisi lahir bukan hanya dari kebahagiaan, tetapi juga dari luka yang disublimasi menjadi makna universal.

Dengan kata lain, puisi “Silhuet” mengajarkan bahwa menulis adalah cara untuk memahami dan menyembuhkan diri.

"Puisi Dimas Arika Mihardja"
Puisi: Silhuet
Karya: Dimas Arika Mihardja
© Sepenuhnya. All rights reserved.