Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Tolak Manipulasi (Karya Amanda Amalia Putri)

Puisi "Tolak Manipulasi" karya Amanda Amalia Putri memotret bagaimana kecanduan, informasi gelap, dan mekanisme ekonomi dapat berkolaborasi menjadi ..

Tolak Manipulasi


Sama halnya dengan menjaring angin, sebotol minuman keras
Juga bisa menenggelamkan dua wajah
Hasrat liar tidak bertanggung jawab atas hidup yang menyedihkan
Degup jantung berirama normal akan tetapi pikiran
Kalut bersarang indah di pucuk pohon cemara
Matilah engkau mati
Terkutuklah orang-orang yang gemar membaca surat ilegal
Tidak ada lagi komentar yang mendarat dalam teks singkat
Uang kertas semrawut di atas layar sentuh
Setoran awal dipenuhi angka pecahan
Titik lemah berlari ke dalam suku bunga
Menempatkan diri sebagai pelumas

Ketapang, 18 Juli 2025

Analisis Puisi:

Puisi "Tolak Manipulasi" karya Amanda Amalia Putri menampilkan suara yang sinis dan tajam terhadap praktik-praktik manipulatif—baik yang datang dari hasrat pribadi maupun dari mekanisme sosial-ekonomi dan media—yang merusak martabat manusia dan ranah publik. Penyair merangkai citra-citra berlawanan (angin vs botol, jiwa vs uang) untuk menunjukkan bagaimana kekerasan simbolik dan ekonomi bekerja secara halus tetapi menghancurkan.

Tema

Tema utama puisi ini adalah perlawanan terhadap manipulasi: manipulasi emosional, manipulasi media/informasi, dan manipulasi ekonomi. Tema turunan mencakup kehancuran akibat ketergantungan (narkotik/alkohol), korupsi simbolik (uang dan suku bunga), serta degradasi moral masyarakat yang termarjinalkan oleh konsumsi informasi ilegal.

Puisi ini bercerita tentang gambaran sosial yang kacau: ada individu atau kelompok yang “menenggelamkan dua wajah” dengan minuman keras — simbol pelarutan identitas atau pelarian — sementara di latar lain ada pembaca “surat ilegal”, komentar yang mati, uang yang berserakan di layar sentuh, setoran dan suku bunga yang melumasi mesin ekonomi. Penyair memproklamirkan kutukan kepada para pelaku—sebuah seruan penolakan terhadap praktik-praktik yang memanipulasi manusia dan publik.

Makna Tersirat

Di balik larik-lariknya tersirat kritik sosial yang berlapis:
  1. Bahwa kesenangan instan (minuman keras, hasrat liar) menjadi alat penenggelaman kemanusiaan.
  2. Informasi ilegal dan kultur gosip mereduksi ruang publik (tidak ada komentar yang mendarat artinya ruang dialog hancur).
  3. Uang dan mekanisme finansial (setoran awal, angka pecahan, suku bunga) diposisikan sebagai pelumas yang membuat sistem manipulatif terus berjalan—menguntungkan segelintir pihak dan melumasi penindasan ekonomi.
Secara keseluruhan, puisi ini menyerukan agar pembaca menolak menjadi bagian dari rantai manipulasi tersebut.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi cenderung gelap, kacau, sinis, dan bernuansa kecaman. Ada rasa marah yang terkandung dalam pemilihan kata: “Matilah engkau mati / Terkutuklah…” — nada imperatif dan kutukan yang langsung. Di samping itu, ada nuansa kebingungan modern: layar sentuh, komentar yang mati, uang semrawut—menciptakan atmosfer urban yang gaduh dan beracun.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat puisi adalah ajakan untuk menolak manipulasi dalam bentuk apa pun: jangan biarkan diri ditenggelamkan oleh pelarian (alkohol), jangan ikut memperdagangkan aib dan informasi ilegal, dan jangan rela menjadi bagian dari mekanisme ekonomi yang mengeksploitasi. Selain itu puisi ini mengingatkan pentingnya kesadaran kritis—melihat bagaimana kata, barang, dan angka bisa dipakai untuk menggerakkan dominasi.

Majas

Puisi menggunakan sejumlah majas untuk mempertegas kritiknya:
  • Metafora: botol yang menenggelamkan “dua wajah” (identitas, kemanusiaan); uang sebagai “semrawut” di layar.
  • Personifikasi: pikiran “bersarang” di pucuk pohon cemara — memberi kualitas organisme pada keadaan mental.
  • Apostrof / kutukan langsung: “Matilah engkau mati / Terkutuklah…” berfungsi sebagai seruan retoris.
  • Asosiasi paradoksal: “menjaring angin” dan “setoran awal dipenuhi angka pecahan” menggabungkan hal-hal abstrak dan teknis untuk menunjukkan absurditas keadaan.
Puisi "Tolak Manipulasi" adalah kritik yang keras namun padat simbol. Amanda Amalia Putri memotret bagaimana kecanduan, informasi gelap, dan mekanisme ekonomi dapat berkolaborasi menjadi sistem manipulatif yang merusak diri pribadi dan ruang publik. Puisi ini bukan sekadar mengeluh — ini mengutuk, mengingatkan, dan mendorong pembaca untuk sadar serta menolak peran sebagai korban atau pelumas dalam mesin manipulasi modern.

Puisi Amanda Amalia Putri
Puisi: Tolak Manipulasi
Karya: Amanda Amalia Putri

Biodata Amanda Amalia Putri:
  • Amanda Amalia Putri lahir pada tanggal 28 Februari 2004 di Banyuwangi. Ia suka mengisi waktu luangnya dengan menulis puisi. Puisi-puisinya dimuat di berbagai media, baik online ataupun offline.
© Sepenuhnya. All rights reserved.