Untukmu Ibu Pertiwi
Ibu Pertiwi, aku pulang membawa doa terbaik untukmu.
Aku mungkin jauh, tapi rinduku selalu tertanam di tanahmu.
Semoga langkahku hanya menjadi manfaat bagi nama besarmu.
5 November 2025
Analisis Puisi:
Puisi “Untukmu Ibu Pertiwi” merupakan karya pendek namun sarat makna yang menempatkan tanah air sebagai sosok simbolis yang penuh kehangatan. Meskipun terdiri dari tiga larik, puisi ini menghadirkan kedalaman emosional dan spiritual yang kuat melalui pilihan kata yang sederhana.
Tema
Tema dalam puisi ini mengarah pada gagasan pokok yang ingin disampaikan penyair. Tema utama dalam “Untukmu Ibu Pertiwi” adalah kerinduan dan pengabdian kepada tanah air. Penyair menggambarkan hubungan emosional antara individu yang merantau dengan tanah kelahirannya, Indonesia, yang disimbolkan sebagai Ibu Pertiwi. Tema ini banyak ditemukan dalam karya sastra Indonesia yang mengangkat identitas kebangsaan dan kecintaan pada negeri.
Puisi ini bercerita tentang seorang anak bangsa yang kembali kepada tanah airnya dengan membawa doa dan harapan terbaik. Meski ia sempat atau sedang berada jauh, kerinduan terhadap Indonesia tetap tertanam dalam dirinya. Ia berharap langkah hidup yang ia tempuh dapat memberi manfaat bagi nama besar negeri yang dicintainya.
Puisi ini menggambarkan perjalanan batin seorang perantau — yang meskipun menempuh jalan sendiri — tetap merasa terikat emosional pada Ibu Pertiwi.
Makna tersirat
Puisi ini menyiratkan beberapa hal mendalam:
- Keterikatan spiritual pada tanah air: Kerinduan bukan sekadar perasaan, melainkan identitas yang melekat.
- Kesadaran moral untuk kembali memberi: Penyair memahami bahwa pengalaman hidup di luar negeri atau luar kampung halaman seharusnya membuahkan kontribusi, bukan sekadar pencarian pribadi.
- Nasionalisme sunyi: Tidak disampaikan secara lantang, tetapi tercermin melalui doa dan langkah yang ditujukan untuk kebaikan negeri.
Makna tersembunyi ini menegaskan bahwa cinta tanah air bukan hanya slogan, tetapi tercermin dari tindakan dan niat tulus untuk memberi manfaat.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini bersifat melankolis, rindu, dan lembut. Ada kehangatan sekaligus kerinduan yang mengalir, terutama melalui diksi seperti “aku pulang”, “doa terbaik”, dan “rinduku selalu tertanam”. Suasana tenang tetapi sarat harapan mendominasi seluruh puisi.
Amanat / pesan yang disampaikan
Pesan moral yang dapat diambil dari puisi ini adalah:
- Di mana pun berada, jangan melupakan tanah air.
- Rasa cinta tanah air harus diwujudkan dalam tindakan nyata yang memberi manfaat.
- Setiap perjalanan hidup seharusnya kembali memberi sesuatu bagi negeri yang membesarkan kita.
Amanat ini menggambarkan nasionalisme yang sederhana namun kuat: cinta itu dibuktikan dengan kontribusi.
Imaji
Puisi ini menggunakan imaji emosional dan imaji pergerakan. Walaupun tidak banyak menggunakan deskripsi visual, puisi ini membangkitkan gambaran:
- Imaji kepulangan: “aku pulang membawa doa terbaik”
- Imaji kerinduan yang tumbuh: “rinduku selalu tertanam di tanahmu”
- Imaji langkah yang bermanfaat: “Semoga langkahku hanya menjadi manfaat…”
Imaji-imaji ini menghadirkan pergerakan hati dan fisik yang mengalir lembut.
Majas
Beberapa majas yang tampak di dalam puisi adalah:
Personifikasi
- “Ibu Pertiwi” diperlakukan sebagai sosok ibu yang dapat dirindukan dan dituju. Ini memperkuat hubungan emosional antara penyair dan tanah air.
Metafora
- “rinduku selalu tertanam di tanahmu” menggambarkan kerinduan yang begitu dalam hingga seperti akar yang menancap.
- “nama besarmu” merupakan metafora untuk kejayaan atau kehormatan negara.
Hiperbola
- Ungkapan kerinduan yang “selalu tertanam” memberi kesan perasaan yang tidak berubah dan terus hidup, meski mungkin tidak bermaksud berlebihan.
Puisi “Untukmu Ibu Pertiwi” meski sangat ringkas, mengandung kekuatan simbolik dan emosional yang besar. Melalui tema tentang kerinduan, pengabdian, dan kehormatan bagi tanah air, penyair menghadirkan renungan halus mengenai identitas dan tanggung jawab sebagai anak bangsa. Dengan sentuhan imaji, majas, dan suasana yang melankolis, puisi ini menjadi bentuk penghormatan sederhana namun bermakna kepada Indonesia sebagai “Ibu Pertiwi”.
Karya: Moh Akbar Dimas Mozaki
Biodata Moh Akbar Dimas Mozaki:
- Moh Akbar Dimas Mozaki, mahasiswa S1 Sastra Indonesia, Universitas Andalas.