Puisi: Untukmu, Penjaga Budaya (Karya Moh Akbar Dimas Mozaki)

Puisi “Untukmu, Penjaga Budaya” karya Moh Akbar Dimas Mozaki bercerita tentang rasa terima kasih kepada para pelestari budaya—mereka yang terus ...

Untukmu, Penjaga Budaya


Terima kasih kepada mereka yang terus merawat dan menghidupkan budaya.
Keringat kalian adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan.
Semoga budaya tidak sekadar dikenang, tetapi terus dihidupkan.
9 November 2025

Analisis Puisi:

Puisi “Untukmu, Penjaga Budaya” karya Moh Akbar Dimas Mozaki merupakan bentuk penghormatan terhadap para pelestari budaya yang tak kenal lelah menjaga warisan leluhur. Melalui diksi yang sederhana namun sarat makna, penyair menyampaikan pesan bahwa budaya bukan hanya milik masa lalu, melainkan napas kehidupan yang harus terus dijaga agar tetap hidup di masa depan.

Tema

Tema utama puisi ini adalah pelestarian budaya dan penghargaan terhadap para penjaganya. Penyair menyoroti pentingnya peran orang-orang yang dengan tulus berjuang menjaga tradisi, seni, dan nilai-nilai luhur agar tidak hilang digerus modernitas. Puisi ini bukan sekadar bentuk apresiasi, melainkan juga seruan moral agar generasi muda tidak melupakan akar budaya bangsa.

Puisi ini bercerita tentang rasa terima kasih kepada para pelestari budaya—mereka yang terus bekerja di balik layar, menghidupkan kembali nilai-nilai yang mulai pudar. Baris “Keringat kalian adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan” menggambarkan bahwa usaha mereka menjadi penghubung antara generasi terdahulu dengan generasi penerus. Sementara itu, harapan penyair agar “budaya tidak sekadar dikenang, tetapi terus dihidupkan” menunjukkan kesadaran bahwa budaya hanya akan abadi jika tetap dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah peringatan terhadap bahaya kelupaan akan jati diri budaya sendiri. Di tengah derasnya globalisasi, banyak orang lebih bangga mengadopsi budaya asing ketimbang memahami akar budayanya sendiri. Penyair ingin menegaskan bahwa keberlanjutan budaya bergantung pada kesadaran kolektif untuk menghargai dan menghidupkannya. Selain itu, puisi ini juga menyiratkan nilai keikhlasan dan pengabdian, karena mereka yang menjaga budaya sering kali bekerja tanpa pamrih, hanya digerakkan oleh cinta dan tanggung jawab moral terhadap tanah air.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa penuh penghargaan dan ketulusan. Nada yang digunakan lembut dan reflektif, seolah penyair sedang berbicara langsung kepada para penjaga budaya dengan rasa hormat yang mendalam. Ada juga nuansa harapan yang hangat, menandakan keyakinan bahwa selama masih ada orang yang peduli, budaya tidak akan pernah punah.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat puisi ini adalah pentingnya menjaga, merawat, dan meneruskan kebudayaan bangsa. Penyair mengingatkan bahwa budaya adalah identitas, sumber kebijaksanaan, dan cermin nilai-nilai luhur yang membentuk karakter manusia. Melestarikan budaya bukan sekadar tugas pemerintah atau seniman, tetapi tanggung jawab bersama. Melalui kalimat doa dan harapan di akhir puisi, penyair menegaskan agar setiap orang ikut berperan menghidupkan warisan budaya—bukan hanya mengenangnya secara seremonial.

Imaji

Puisi ini mengandung imaji visual dan emosional yang kuat. Misalnya pada baris “Keringat kalian adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan”, pembaca dapat membayangkan sosok-sosok yang bekerja keras, mungkin para penari, pengrajin, atau seniman tradisi yang dengan peluh dan kesabaran menjaga seni leluhur. Imaji ini menggugah rasa bangga sekaligus haru, karena memperlihatkan keindahan pengorbanan yang sering luput dari sorotan.

Majas

Penyair menggunakan beberapa majas untuk memperindah dan memperkuat pesan puisi, antara lain:
  1. Majas Metafora – “Keringat kalian adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan.” → Ungkapan ini menggambarkan bahwa usaha para penjaga budaya menjadi penghubung antara dua zaman, tanpa menyebutkannya secara literal.
  2. Majas Personifikasi – “Semoga budaya tidak sekadar dikenang, tetapi terus dihidupkan.” → Budaya digambarkan seolah memiliki kehidupan yang bisa dihidupkan atau dilupakan, memberi kesan kuat pada pentingnya peran manusia dalam menjaga keberlangsungannya.
  3. Majas Hiperbola – Tersirat dalam nada penghormatan yang tinggi, memberikan penekanan betapa besar jasa para penjaga budaya terhadap kelangsungan bangsa.
Puisi “Untukmu, Penjaga Budaya” adalah bentuk penghormatan yang tulus terhadap mereka yang menjaga warisan bangsa. Melalui bahasa yang ringkas namun padat makna, Moh Akbar Dimas Mozaki mengajak pembaca untuk merenung: bahwa budaya bukan sekadar peninggalan masa lalu, melainkan bagian dari identitas diri yang harus terus dijaga dan dihidupkan. Dengan memahami tema, makna tersirat, amanat, serta imaji dan majas yang digunakan, pembaca diajak menyadari bahwa tanpa para penjaga budaya, akar kehidupan bangsa akan rapuh dan kehilangan arah.

Puisi ini, dengan kesederhanaannya, menjadi pengingat bahwa cinta terhadap budaya adalah bentuk cinta yang paling murni kepada tanah air.

Moh Akbar Dimas Mozaki
Puisi: Untukmu, Penjaga Budaya
Karya: Moh Akbar Dimas Mozaki

Biodata Moh Akbar Dimas Mozaki:
  • Moh Akbar Dimas Mozaki, mahasiswa S1 Sastra Indonesia, Universitas Andalas.
© Sepenuhnya. All rights reserved.