Sajak tentang Cara Menurunkan Presiden
Ternyata banyak cara untuk
menurunkan seorang presiden
dari cara yang paling keras
sampai yang paling lembut
dan rupa-rupanya setiap presiden
telah memilih
caranya sendiri untuk diturunkan
Ternyata jika mahasiswa dan tentara
(ditambah rakyat tentunya) menyatu
dalam
gelombang unjuk rasa
seorang presiden menjadi ngeri juga
ia bisa ngumpet di belakang
tembok istana
atau kabur ke mancanegara
dan turunlah ia
Ternyata jika rakyat sebuah negara
menjadi jengkel karena
presiden mereka bertindak
semena-mena
mencelakakan rakyatnya – atau
menjarah
kekayaan negara
rakyat pun berhimpun di seluruh
penjuru kota
mengepung istana
meski pemimpinnya (katakanlah)
seorang ibu rumah tangga
seorang presiden menjadi ngeri juga
dan turunlah ia
Yang lebih mengerikan adalah cara
menurunkan seorang presiden
dengan membunuhnya
ditembak punggung atau dadanya
saat berpidato atau menyaksikan
upacara
si penembak bisa saja seorang
psikopat
agen asing – musuh politik – dendam
pribadi
atau bahkan pengawalnya sendiri
Ada seorang presiden yang
menempuh cara agak aneh (dan
lucu) menurunkan dirinya
ia memusuhi parlemen yang dulu
telah mengangkatnya
ia berkali-kali memecat menterinya
ketika parlemen marah dan
mengancamnya
sang presiden "cuek aja"
Maka partai-partai bersekutu
di parlemen itu
beramai-ramai mengeroyoknya
untuk segera menurunkannya
meski sang presiden tidak menjadi
ngeri
toh akhirnya turun jualah ia
Ternyata ada sebuah negara yang
punya reputasi dalam urusan
menurunkan
presiden negara lain yang tidak
disukainya
karena ia sebuah negara jagoan
dan kaya
untuk menurunkan presiden tentu
banyak jurus-jurusnya
(alangkah jahatnya, reputasi buruk
itu tak pernah diakuinya)
Ternyata memang tak ada cara
yang sopan dan menyenangkan
ketika seorang presiden harus
diturunkan
kecuali habis masa jabatannya
atau ia meninggal dipanggil Tuhan
Tegal, Agustus 2001
Analisis Puisi:
Puisi "Sajak tentang Cara Menurunkan Presiden" karya Hadi Utomo adalah sebuah kritik sosial dan satire yang merujuk pada berbagai metode dan situasi yang dapat digunakan untuk menurunkan seorang presiden. Puisi ini mencerminkan beragam aspek dalam politik dan sosial serta memberikan pandangan kritis terhadap kepemimpinan.
Ragam Cara Menurunkan Presiden: Puisi ini mencantumkan berbagai cara atau metode untuk menurunkan seorang presiden. Beberapa cara yang disebutkan antara lain adalah melalui unjuk rasa mahasiswa dan tentara, tekanan dari rakyat, atau bahkan pembunuhan. Penyair merinci berbagai skenario yang mungkin terjadi ketika rakyat merasa teraniaya oleh presiden mereka. Dengan kata lain, puisi ini menyuarakan keragaman tindakan yang bisa diambil untuk menggulingkan seorang pemimpin.
Pemberian Kekuasaan: Puisi ini menunjukkan betapa pemberian dan pencabutan kekuasaan menjadi instrumen utama dalam proses politik. Hal ini tercermin dari ungkapan bahwa seorang presiden, sekalipun terpilih, memiliki kemampuan untuk mengendalikan masa jabatannya dengan cara-cara tertentu.
Kritik Sosial dan Politik: Hadi Utomo menggunakan puisi ini untuk mengkritik sosial dan politik di berbagai konteks. Puisi ini menyoroti ketidakpuasan rakyat terhadap kepemimpinan yang mereka pandang tidak adil atau menyebabkan kerugian. Puisi ini juga menyiratkan bahwa seorang presiden dapat dianggap sebagai musuh politik, agen asing, atau sumber konflik, dan bisa menjadi sasaran serangan.
Cara Unik Menurunkan Diri: Puisi ini juga menyentuh cara unik untuk menurunkan seorang presiden yang tampaknya tak terlalu khawatir akan masa jabatannya. Misalnya, presiden yang memecat kabinetnya berulang kali untuk meredakan tekanan parlemen, meskipun presiden tersebut tampak "cuek."
Puisi "Sajak tentang Cara Menurunkan Presiden" adalah sebuah kritik sosial dan politik yang menggunakan berbagai cara untuk menggambarkan perjuangan dalam mencapai perubahan politik. Puisi ini mengingatkan kita pada kompleksitas dalam dunia politik dan mempertanyakan bagaimana pemerintahan dan pemimpin dapat diubah atau digantikan. Dengan nada satire dan kritik, penyair menggambarkan realitas pahit dalam kehidupan politik.
