Postingan

Puisi: Pintu (Karya Sandy Tyas)

Pintu sebuah pintu rapuh dalam dekorasi modern tanpa kunci terbuka selalu bagi siapa saja debu, angin ditampungnya ia lebih baik dari manusia matanya…

Puisi: Sylvia Tua Menyanyi (Karya Sandy Tyas)

Sylvia Tua Menyanyi kau pergi berlalu jangan dengarkan tanyaku lihatlah airmataku bukan pada mukaku kau pergi berlalu mata…

Puisi: Nyonya Küger (Karya Sandy Tyas)

Nyonya Küger sungai mains yang panjang memisahkan dua jalanan di depan mata, rumah-rumah tua, gereja lama pohonan gundul, moto…

Puisi: Puisi buat Sahabat (Karya Rini Intama)

Puisi buat Sahabat di sana kau menulis dunia seperti menoreh sejarah tak sengaja bagaimana penamu bicara jenaka penuh tawa ah... menabur pesona-peson…

Puisi: Perempuan Itu Menulis Puisinya (Karya Rini Intama)

Perempuan Itu Menulis Puisinya (Kepada Perempuan) Perempuan itu menulis puisinya, pada sebuah lagu kutitip…

Puisi: Tanpa Mawar (Karya Rini Intama)

Tanpa Mawar Kau datang tanpa mawar Hanya benang dari layang-layang yang sudah kau terbangkan di pantai Kau b…

Puisi: Bukit Berkabut (Karya Rini Intama)

Bukit Berkabut Angin yang menghembus seperti musik yang bertempo lambat. Kisah pemetik teh di bukit berkab…

Puisi: Secangkir Kopi (Karya Rini Intama)

Secangkir Kopi Kesederhanaan .... dalam tutur cinta memaknai hari di keindahannya waktu-waktuku berlalu …

Puisi: Tanah Asal (Karya Rini Intama)

Tanah Asal Menghitung detik yang menimbun luka tanpa kata tak perlu lagi ada tanya tentang berapa, apa dan bagai…
© Sepenuhnya. All rights reserved.