Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Postingan

Puisi: Kopi Bila (Karya Raedu Basha)

Kopi Bila (: Iffah Hannah) Bila saja malam nanti tak ada kopi panas sedangkan hujan turun teramat deras mu…

Puisi: Habis Waktu (Karya Rini Intama)

Habis Waktu Waktu telah habis terkikis dalam telapak jejak bergaris garis tak lagi sempat menadah rinai gerimis…

Puisi: Secangkir Kopi (Karya Sapardi Djoko Damono)

Secangkir Kopi Secangkir kopi yang dengan tenang menunggu kau minum itu tak pernah mengusut kenapa kau bisa membedakan aromanya dari asap ya…

Puisi: Di Bawah Langit yang Sama (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Di Bawah Langit yang Sama di bawah langit yang sana tapi nasib kita beda dalam takbir yang satu namun kami suarakan dengan uraian…

Puisi: Selayar Waktu Berdarah (Karya Astri Wijaya Fitria)

Selayar Waktu Berdarah Remang kilau cahaya rembulan larut beriringan malam Gegap derap langkah yang kian ringkih  Heningnya menyeret dalam ruang wakt…

Puisi: Mampir (Karya Joko Pinurbo)

Mampir Tadi aku mampir ke tubuhmu tapi tubuhmu sedang sepi dan aku tidak berani mengetuk pintunya. Jendela di luka lambungmu masih terbuka…

Puisi: Jumpa Tuhan (Karya Maman S. Mahayana)

Jumpa Tuhan Aku jumpa tuhan di Seoul di antara daun-daun yang jatuh menyambut musim gugur di belantara mekar mawar sepanjang musim dan per…

Puisi: Meledak Hati (Karya Mochtar Lubis)

Meledak Hati dalam malam kelam ini meledak hati aduh, kapan datang pagi? 8 Mei 1965 Sumber:  Catatan Subversif (1980) Analisis Puisi : Puisi "Me…

Puisi: Terang Bulan (Karya Joko Pinurbo)

Terang Bulan Di bawah jembatan layang bocah lima tahun berkelahi dengan bayangannya sendiri. Uh! Ia mengerang. Perutnya yang kembung ken…
© Sepenuhnya. All rights reserved.