Postingan

Puisi: Telepon (Karya Gunoto Saparie)

Telepon dering telepon tengah malam adalah kejutan: rohku gemetar siapakah yang ingin berkabar “halo, di sini nietzche” lalu telepon pun terputus dan…

Puisi: Batas (Karya Gunoto Saparie)

Batas pada batas kita harus setia tak melewati, tak berlebihan tak menembus, meski hanya angan tak mengeluh, memang inilah norma pada batas kita meng…

Puisi: Sebuah Puisi Rekah di Beranda Dada (Karya Dimas Arika Mihardja)

Sebuah Puisi Rekah Di Beranda Dada (: usai membaca "Surat Cinta" dari Melaka) Sebuah Puisi Rekah …

Puisi: Nisan (Karya Dimas Arika Mihardja)

Nisan Kutandai namaku pasti di batu nisan ini abadilah sebagai pualam. 2011 Puisi:  Nisan …

Puisi: Membaca Bahasa Lelaki (Karya Diah Hadaning)

Membaca Bahasa Lelaki Lelaki penunggu Kali Wisa lelaki selalu geliatkan nasib pantura setahun sekali lupak…

Puisi: Istriku Menanam Belati (Karya Dimas Arika Mihardja)

Istriku Menanam Belati (bukan Melati) Istriku menanam belati ketika pesawat televisi nyala sepanjang hari tak…

Puisi: Pemain Kambing Hitam (Karya Remy Sylado)

Pemain Kambing Hitam Kepulauan Seribu tidak lagi 1000 6 hilang pada 1994 kata menteri dan lebih banyak pad…

Puisi: Matahari (Karya Arif Bagus Prasetyo)

Matahari (- Uluwatu, upacara) Bila nanti matahari telah angslup dalam darah; apakah ia akan redup atau makin parah menikam jantung…

Puisi: Hospital in Meditation (Karya Arif Bagus Prasetyo)

Hospital in Meditation Jangan lagi sakitmu. sementara limbah cair yang kulahirkan setiap waktu, yang selalu begitu deras menggerus dasar p…

Puisi: Fantasma Aquarel (Karya Arif Bagus Prasetyo)

Fantasma Aquarel Liat dan telanjang lebih ringan dari burung ia turun. Kolam gemetar. Cahaya gentar. Seakan jam tergelincir memasu…
© Sepenuhnya. All rights reserved.