Puisi: Dibawa Gelombang (Karya Sanusi Pane)

Puisi "Dibawa Gelombang" karya Sanusi Pane merenungkan eksistensi dan peranannya dalam alur kehidupan yang terus bergerak maju, meskipun arahnya ...
Dibawa Gelombang

Alun membawa bidukku perlahan
Dalam kesunyian malam waktu,
Tidak berpawang, tidak berkawan,
Entah kemana aku tak tahu.

Jauh di atas bintang kemilau,
Seperti sudah berabad-abad;
Dengan damai mereka meninjau
Kehidupan bumi, yang kecil amat.

Aku bernyanyi dengan suara
Seperti bisikan angin di daun;
Suaraku hilang dalam udara,
Dalam laut yang beralun-alun,

Alun membawa bidukku perlahan
Dalam kesunyian malam waktu,
Tidak berpawang, tidak berkawan,
Entah kemana aku tak tahu.

Sumber: Madah Kelana (1931)

Analisis Puisi:

Puisi "Dibawa Gelombang" karya Sanusi Pane adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan spiritual seseorang yang merenungkan eksistensi dan peranannya dalam alam semesta yang luas.

Perjalanan Spiritual: Puisi ini menggambarkan perjalanan spiritual seseorang yang tenggelam dalam kontemplasi dan refleksi diri di tengah malam yang sunyi. Alun yang membawa biduknya perlahan menjadi metafora dari perjalanan hidup yang bergerak maju tanpa henti, meskipun arahnya tidak jelas.

Ketidakpastian dan Kesunyian: Ketidakpastian menjadi tema sentral dalam puisi ini, diwakili oleh kata-kata "entah kemana aku tak tahu". Ini mencerminkan perasaan tersesat dan kebingungan yang mungkin dirasakan oleh individu di tengah liku-liku kehidupan. Kesunyian malam yang diulang dalam puisi juga menekankan perasaan sepi dan hampa yang melingkupi perjalanan spiritual tersebut.

Hubungan Manusia dengan Alam Semesta: Puisi ini mengekspresikan hubungan yang dalam antara manusia dengan alam semesta. Bintang-bintang yang "seperti sudah berabad-abad" meninjau kehidupan di bumi dengan damai, mengingatkan manusia akan kedudukannya yang kecil dalam skema alam semesta yang luas.

Suara yang Hilang: Metafora suara yang hilang dalam udara dan laut yang beralun-alun mencerminkan perasaan kehilangan dan ketidakberdayaan. Suara yang hilang ini mungkin mencerminkan perasaan tidak terdengar atau tidak diakui dalam kehidupan sehari-hari, serta perasaan kekosongan yang mungkin dirasakan oleh individu.

Pengulangan: Pengulangan pada bait terakhir "Alun membawa bidukku perlahan / Dalam kesunyian malam waktu" menekankan pada perasaan perjalanan yang berulang dan terus-menerus, serta kesunyian yang mendalam yang menyertainya.

Puisi "Dibawa Gelombang" karya Sanusi Pane adalah sebuah perjalanan spiritual yang menggambarkan perasaan ketidakpastian, kesunyian, dan kehilangan dalam konteks hubungan manusia dengan alam semesta yang luas. Melalui metafora alun yang membawa biduk perlahan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan eksistensi dan peranannya dalam alur kehidupan yang terus bergerak maju, meskipun arahnya tidak selalu jelas.

Sanusi Pane
Puisi: Dibawa Gelombang
Karya: Sanusi Pane

Biodata Sanusi Pane:
  • Sanusi Pane lahir pada tanggal 1 Agustus 1905 di Sungai Puar, Sumatra Barat, Indonesia.
  • Ia adalah seorang sastrawan, politisi, dan intelektual Indonesia yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam dunia sastra Indonesia pada pertengahan abad ke-20.
  • Sanusi Pane meninggal dunia pada tanggal 2 April 1968 2 Januari 1968 (pada usia 62) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.