Jakarta dalam Suaraku
Orang-orang kamar menatap dunia
sambil pejam sementara
aku pacu angin kembara
di ladang-ladang bunga
di bukit-bukit padas
di gisik tanah kelahiran
di jantungmu bahkan
tragedi tercipta dari rasa yang
lumpuh oleh belulang tanpa kuasa
"kota penuh bakteri
aku harus bentengi suci"
orang-orang kamar pandang dunia
tak pernah binar-seminar
padahal nuansa selalu kubangun
siang malam dari debu di tubuhmu, Jakarta.
Aku tertegun di kaki lima
sementara degup jantung bertemperasaan
di pucuk-pucuk angsana yang
bertumbangan demi terlintang jalan layang
o, perang dan damai saling bentur dalam jiwa
tak hanya di lorong Baghdad dan Basra
o, merpati dan darah tak pernah menyatu warna
di langitmu Jakarta karena hakiki
putih dan merah adalah
nafas yang salih dan sang angkara
maka aku tak hendak jadi orang-orang kamar
meski musik dan anggur mengucur dari
ilusi tercipta oleh langit teknologi
aku pejalan kaki yang sesekali masih mencari
cecer melati di antara petak betonmu, Jakarta.
1988
Puisi: Jakarta dalam Suaraku
Karya: Diah Hadaning