Puisi: Camar Bulan - Tanjung Datu (Karya Cucuk Espe)

Puisi "Camar Bulan - Tanjung Datu" mencerminkan suara kepedihan dan keprihatinan terhadap kondisi negeri yang kompleks. Dengan memadukan semangat ....
Camar Bulan - Tanjung Datu


Ini cerita tentang negeriku
Zamrud khatulistiwa yang nestapa
Kaya tapi selalu meminta-minta
Subur tapi sangat tidak makmur
Menjadi budak kapitalisme lamur
-; Diinjak-injak kawan serumpun

Camar Bulan - Tanjung Datu
Saudaraku setanah seibu
Dijarah tanpa banyak tahu
Penguasa asyik main dadu
Demi mempertahankan kursi palsu

O Camar Bulan - Tanjung Datu
Kobarkan kepak semangatmu
Lawan siapapun yang mencegatmu
Bakar! Bakar api di jantungmu
Babat! Babat siapapun yang memperalatmu
-; Meski itu saudara lamamu

Kibarkan panji NKRI
Ganyang siapapun yang berani
Jangan menunggu rejim banci
Kedaulatan negeri tak cukup diplomasi

12/10/2011

Analisis Puisi:
Puisi "Camar Bulan - Tanjung Datu" karya Cucuk Espe adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan semangat patriotisme dan kritik sosial. Dalam puisi ini, penyair menyuarakan keprihatinan terhadap kondisi negaranya yang, meskipun kaya alam, masih mengalami kesulitan dan penderitaan akibat berbagai persoalan internal dan eksternal.

Penyampaian Cerita Negeri: Puisi ini dimulai dengan penyebutan negeri yang merupakan zamrud khatulistiwa. Seiring dengan itu, penyair juga menyoroti sisi negatifnya yang menjadikan negeri tersebut "nestapa" dan selalu "meminta-minta". Pemilihan kata-kata ini memberikan nuansa kepedihan dan keprihatinan terhadap nasib negeri yang seharusnya makmur namun masih mengalami ketidakadilan.

Kritik Terhadap Kapitalisme: Penyair mengekspresikan ketidakpuasan terhadap sistem kapitalisme yang dianggap sebagai budak. Pemakaian kata "budak kapitalisme lamur" menyiratkan bahwa sistem ekonomi yang diterapkan tidak memberikan manfaat yang setimpal kepada rakyat, tetapi justru memeras dan merugikan.

Solidaritas dengan Saudara Sebangsa: Dengan menyebutkan "Camar Bulan - Tanjung Datu," penyair menunjukkan adanya solidaritas dengan saudara sebangsa di wilayah tersebut. Pemilihan kata "setanah seibu" menekankan persatuan dan persaudaraan di antara warga Indonesia, kendati berada di pulau yang berbeda.

Kritik terhadap Penguasa: Puisi ini mengecam perilaku penguasa yang dianggap hanya bermain dadu demi mempertahankan kursi palsu. Ini mencerminkan ketidakpuasan terhadap kepemimpinan yang dianggap tidak mengutamakan kepentingan rakyat dan lebih fokus pada kekuasaan pribadi.

Ajakan untuk Melawan dan Mempertahankan NKRI: Pada bagian selanjutnya, puisi mengajak untuk melawan siapapun yang menghalangi semangat dan mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pemakaian kata-kata "Bakar! Bakar api di jantungmu" dan "Babat! Babat siapapun yang memperalatmu" menggambarkan semangat perlawanan dan pembelaan terhadap tanah air.

Pemanggilan untuk Kibarkan Panji NKRI: Penyair menyampaikan pesan tegas untuk mengibarkan panji NKRI dan ganyang siapapun yang berani mengancam kedaulatan negara. Pemakaian kata-kata "Jangan menunggu rejim banci" menunjukkan sikap keras terhadap penguasa yang dianggap lemah dan tidak berani melawan kebijakan yang merugikan rakyat.

Puisi "Camar Bulan - Tanjung Datu" mencerminkan suara kepedihan dan keprihatinan terhadap kondisi negeri yang kompleks. Dengan memadukan semangat patriotisme, kritik sosial, dan ajakan untuk berjuang, puisi ini memberikan pesan yang kuat dan menggugah kesadaran pembaca terhadap tanggung jawab kolektif terhadap bangsa dan negara.

Puisi: Camar Bulan - Tanjung Datu
Puisi: Camar Bulan - Tanjung Datu
Karya: Cucuk Espe
© Sepenuhnya. All rights reserved.