Puisi: Jalan ke Vignole (Karya Nirwan Dewanto)

Puisi "Jalan ke Vignole" karya Nirwan Dewanto menggambarkan perjalanan manusia dalam mencari pemahaman spiritual dan eksistensial dengan cara yang ...
Jalan ke Vignole

Berjam-jam (tidak, barangkali juga berabad-abad)
Aku dan kaum jemaat itu sabar menunggu di Giudecca
Si tukang perahu yang akan mendamparkan kami
Ke sebuah pulau yang dilahirkan matahari

Pastilah ia akan benar-benar serupa
Dengan si pemberontak yang dihukum mati
Di Golgotha, ketika umurnya baru 33. (Tetapi
Ia bangkit pada hari ketiga.)
 "
Tak ada
Pendayung ulung serupa itu di sini,"
Kata seorang lelaki berkuda, angkuh
Dan beku dalam baju zirahnya
Berabad-abad, seakan pasukan Turki
Akan selalu menyerbu ke mari. Dan jawabku:
"Colleoni, kamilah para penyerbu terkini
Tapi kami tak membunuh pulau-pulaumu."

Ya, aku telah membinasakan barisan mobil
Pakaian seragam, jalanan aspal, kitiran besi.
Kepalaku penuh abu, embun dan maut
Ketika aku terbangun di bawah pohon palma
Di dunia yang baru saja ditorehkan Carpaccio:
aku pun bangkit bersama iringan jemaat berjubah
(Yang baru saja menguburkan Santo Jarome)
Merayap di lelurung berbau kemih anjing
Muntah di teras lapang aneka basilika
Dengan tubuh hijau lebam kami rubuh lagi
Di antara meja-kursi di Paizza San Marco
Dan seekor singa bersayap menggeram:
"Pergilah kalian para pemabuk jahanam,
Bertobatlah hanya sebelum tiba malam."

Maka terdamparlah kami di muara amis itu:
"Persetan dengan si tukang perahu!"
Tapi sebuah perahu besar tiba-tiba
Merenggutkan kami dari kabut muram lena.
Melewati pekuburan yang dilindungi ombak
Kami terhadang hantu Pound dan Stravinsky
Padahal sudah lama kami membenci musik dan puisi
Yang pasti bukan bagian dari penyelamatan kami
Yang cuma hiburan jika kami sampai di neraka nanti.

Musim semi menggosok tangan kami
Yang perlahan terlihat seperti sayap
Tidak, sungguh kami tak ingin terbang,
Kami tak pernah bersekutu dengan Gabriel,
Kami suka mengukur laut dengan jengkalan.
"
Pesiarkah, atau pembuangankah ini?"
Tanya dua belas orang di antara kami
Yang tiba-tiba mirip serdadu Roma, seraya
Mengeluarkan palu dan paku dari saku

Kami akan segera sampai di pulau matahari itu
Untuk menghajar berpiring ikan mentah
Dengan baluran minyak zaitun dan cuka
Dengan roti gandum coklat dan anggur merah tua.
Kemudian di antara rerumpun asparaga
Kami akan memilih perawan paling murni
Untuk berlama-lama mendoakan kami
Agar kami segera menemukan pemberontak itu
Yang kukira menyamar sebagai si tukang perahu.
Padahal ia bekerja sebagai koki di restoran tujuan kami:

Pastilah ia tengah melubangi kedua telapak tangannya
Dan mengucurkan darahnya ke hidangan siang kami.

1994

Sumber: Buli-Buli Lima Kaki (2010)

Analisis Puisi:

Puisi "Jalan ke Vignole" karya Nirwan Dewanto adalah karya yang penuh dengan gambaran-gambaran metaforis yang kompleks dan puitis.

Simbolisme Pulau Vignole: Vignole menjadi pusat simbolisme dalam puisi ini. Pulau tersebut mewakili tujuan spiritual atau pembebasan, tetapi juga menimbulkan ketidakpastian dan kebingungan bagi para penjelajah. Ini mencerminkan perjalanan manusia dalam mencari makna hidup dan keselamatan.

Referensi Sejarah dan Mitologi: Puisi ini dipenuhi dengan referensi sejarah dan mitologi, seperti referensi terhadap Golgotha, tempat penyaliban Yesus, dan referensi terhadap Gabriel, malaikat dalam tradisi keagamaan. Hal ini menambah dimensi keagamaan dan filosofis dalam puisi.

Konflik dan Pertentangan Batin: Terdapat konflik internal yang kuat dalam puisi ini antara dorongan untuk mencari pembebasan atau pemahaman spiritual, dan ketidakpastian serta kebingungan yang muncul dalam proses tersebut. Konflik ini tercermin dalam perdebatan antara karakter-karakter dalam puisi mengenai tujuan dan arti dari perjalanan mereka.

Imaji dan Visualisasi: Dewanto menggunakan imaji dan visualisasi yang kuat untuk menciptakan suasana misterius dan membingungkan. Penggambaran tentang pemandangan, aroma, dan pengalaman yang dipaparkan dalam puisi ini memberikan gambaran yang kuat kepada pembaca.

Kritik terhadap Dunia Modern: Puisi ini juga bisa diinterpretasikan sebagai kritik terhadap dunia modern dan materialisme. Penggunaan gambaran-gambaran tentang kesenangan duniawi yang sementara, seperti makanan dan hiburan, menyoroti kekosongan spiritual dalam kehidupan manusia modern.

Penutup yang Ambigu: Puisi ini berakhir dengan suasana yang ambigu dan misterius. Penutup yang terkesan gelap dan mengganggu meninggalkan kesan yang kuat pada pembaca dan memicu refleksi mendalam mengenai tema-tema yang diangkat dalam puisi ini.

Secara keseluruhan, puisi "Jalan ke Vignole" merupakan karya puisi yang penuh dengan lapisan makna, simbolisme, dan konflik batin. Dewanto berhasil menggambarkan perjalanan manusia dalam mencari pemahaman spiritual dan eksistensial dengan cara yang mendalam dan kompleks.

Nirwan Dewanto
Puisi: Jalan ke Vignole
Karya: Nirwan Dewanto

Biodata Nirwan Dewanto:
  • Nirwan Dewanto lahir pada tanggal 28 September 1961 di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.