Puisi: Mabuk (Karya Amir Hamzah)

Puisi "Mabuk" karya Amir Hamzah mengeksplorasi perasaan mabuk dan terhanyut dalam keindahan alam. Melalui gambaran-gambaran alam yang kuat dan ....
Mabuk...


Ditayangan ombak bujang bersela
dijunjung hulu rapuh semata
dikipasi angin bergurau senda
lupakan kelana akan dirinya ...

Dimabukkan harum pecah terberai
diulikkan bujuk rangkai-rinangkai
datanglah semua mengungkai simpai
hatimu bujang sekali bisai.

Bulan mengintai di celah awan
bersemayam senyum sayu-sendu
teja undur perlahan-lahan
mukanya merah mengandung malu.

Rumput rendah rangkum-rinangkum
tibun embun turun ke rumpun
lembah-lembah menjunjung harum
mendatangkan khayal bujang mencium.

Melur sekaki dibuaikan sepoi
dalam cahaya rupa melambai
pelik bunga membawaku ragu
layu kupetik bunga gemalai.

Bunga setangkai gemelai permai
dalam tanganku jatuh terserah
kelopak ku pandang sari kunilai
datanglah jemu mengatakan sudah ...

Bulan berbuni di balik awan
taram-temaram cendera cahaya
teja lari ke dalam lautan
tinggallah aku tiada berpelita.


Sumber: Buah Rindu (1941)

Analisis Puisi:
Puisi "Mabuk" adalah karya penyair Indonesia terkenal, Amir Hamzah. Puisi ini menggambarkan perasaan mabuk dan terhanyut dalam keindahan alam serta pengalaman pribadi yang intens. Melalui gambaran-gambaran alam dan penggunaan bahasa yang indah, Amir Hamzah mengekspresikan perasaan dan emosi dalam keadaan mabuk.

Kehanyutan dalam Alam: Puisi ini menggambarkan keadaan mabuk dengan menggunakan gambaran alam yang kuat. Penggunaan gambaran ombak, angin, bulan, dan bunga menciptakan atmosfer yang melayang-layang, seolah-olah penyair terhanyut dalam keindahan dan keberagaman alam. Keadaan mabuk menjadi alasan untuk merasakan kedalamannya alam.

Rasa Haru dan Kepekaan: Puisi ini mengandung rasa haru dan kepekaan yang mendalam terhadap alam dan pengalaman manusia. Amir Hamzah menggunakan bahasa yang kaya dengan imaji-imaji indah untuk meresapkan perasaan dalam kata-kata. Penggunaan frasa seperti "hatimu bujang sekali bisai" menciptakan gambaran yang berkonotasi tentang perasaan dan emosi yang kuat.

Makna Romantis: Meskipun tema utama puisi ini adalah mabuk dan terhanyut dalam alam, ada juga nuansa romantis yang muncul dalam gambaran bulan dan bunga. Bulan di balik awan dan bunga setangkai gemelai permai menciptakan gambaran tentang perasaan dan keindahan romantis, yang menjadi bagian dari pengalaman yang mabuk dan terhanyut.

Keabadian dan Kehilangan: Pada akhir puisi, ada penggambaran kontras antara keindahan alam yang dihayati dalam keadaan mabuk dan perasaan kesepian saat kembali ke keadaan sadar. Puisi ini menciptakan perasaan perubahan, di mana perasaan mabuk dan hanyutan dalam alam berakhir dengan rasa kehilangan dan kekosongan.

Bahasa Metaforis dan Imaji: Amir Hamzah menggunakan bahasa metaforis dan imaji-imaji alam yang kaya untuk menggambarkan perasaan dan emosi. Puisi ini menggunakan kata-kata dengan kekuatan visual yang kuat, menciptakan gambaran-gambaran yang memikat dan mampu menggugah perasaan pembaca.

Amir Hamzah
Puisi: Mabuk
Karya: Amir Hamzah

Biodata Amir Hamzah:
  • Amir Hamzah memiliki nama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indra Putera.
  • Amir Hamzah adalah salah satu sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru (angkatan '30-an atau angkatan 1933).
  • Amir Hamzah lahir pada tanggal 28 Februari 1911 di Binjai, Langkat, Sumatra Utara.
  • Ayahnya bernama Tengku Muhammad Adil (meninggal dunia pada tahun 1933).
  • Ibunya bernama Tengku Mahjiwa (meninggal dunia pada tahun 1931).
  • Amir Hamzah menikah dengan seorang perempuan bernama Kamiliah pada tanggal 1937. Pernikahan ini tersebut dikaruniai seorang anak bernama Tengku Tahura.
  • Amir Hamzah meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1946.
  • Amir Hamzah adalah salah satu pendiri majalah sastra Pujangga Baru (bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane) pada tahun 1932.
  • Dalam dunia sastra, Amir Hamzah diberi julukan Raja Penyair Zaman Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.