Puisi: Tentang Mata (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Tentang Mata" karya W.S. Rendra menyampaikan pesan tentang pentingnya pengamatan dan refleksi atas realitas kehidupan manusia, serta ...
Tentang Mata

Aku merindukan mata bayi
setelah aku dikhianati mata durjana.
Aku merindukan mata hari
karena aku dikerumuni mata gelap.
Aku merindukan mata angin
karena aku disekap oleh mata merah saga.
Wahai, mata pisau! Mata pisau di mana-mana

Mata batin! Mata batin!
Hadirlah kamu!
Hadirlah kamu di saat yang rawan ini.
Wahai, mata batin!
Kedalaman yang tak terkira.
Keluasan yang tak terduga.
Harapan di tengah gebalau ancaman.

2 Maret 1998

Sumber: Horison (Januari, 2000)

Analisis Puisi:

Puisi "Tentang Mata" karya W.S. Rendra adalah sebuah pengamatan yang dalam tentang peran dan makna mata dalam kehidupan manusia. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh dengan makna, Rendra menyampaikan pemikiran tentang pengalaman dan keinginan yang terkait dengan mata.

Simbolisme Mata: Mata dalam puisi ini berfungsi sebagai simbol dari berbagai aspek kehidupan dan pengalaman manusia. Mata bayi melambangkan kepolosan dan keaslian, sementara mata hari mewakili sinar harapan dan kecerahan. Di sisi lain, mata gelap dan mata merah saga menandakan kegelapan, pengkhianatan, dan bahaya.

Kontras dan Perbandingan: Rendra menggunakan kontras antara berbagai jenis mata untuk menyoroti perbedaan dan ketegangan dalam kehidupan. Kontras antara mata bayi dan mata durjana, serta antara mata hari dan mata gelap, menciptakan sebuah perbandingan yang kuat antara kebaikan dan kejahatan, harapan dan keputusasaan.

Keinginan dan Kerinduan: Melalui ungkapan "Aku merindukan mata...", Rendra menyampaikan keinginan dan kerinduan manusia akan hal-hal yang penting dan berharga dalam hidup. Ini mencerminkan kerinduan akan kebaikan, keadilan, dan kebebasan di tengah-tengah ketidakpastian dan kegelapan dunia.

Panggilan untuk Kedalaman Batin: Di bagian terakhir puisi, Rendra memanggil "mata batin" untuk hadir di saat-saat yang rawan. Ini menunjukkan bahwa, di tengah-tengah kesulitan dan ancaman, manusia mencari kedalaman batin untuk menemukan ketenangan, harapan, dan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan.

Ungkapan Puisi: Puisi ini menggambarkan perjalanan emosional dan spiritual manusia, dari kepolosan dan harapan hingga pengkhianatan dan kegelapan, dan akhirnya menuju kebijaksanaan dan pemahaman yang lebih dalam tentang diri dan dunia.

Melalui pemakaian bahasa yang kuat dan simbolisme yang kaya, W.S. Rendra berhasil menyampaikan pesan tentang pentingnya pengamatan dan refleksi atas realitas kehidupan manusia, serta kebutuhan akan kedalaman batin dalam menghadapi tantangan dan ketidakpastian.

Tentang Mata Pula

Mata kejora! Mata kejora!
Mata kekasih dalam dekapan malam.

Dalam kehidupan yang penuh mata bisul
hatiku meronta ditawan rangkaian mata rantai.
Sawah gersang tanpa mata bajak.
Mata gergaji merajalela di rimba raya.
Mata badik memburu mata uang.
Mata kail termangu tanpa umpan.

Mata sangkur! Mata sangkur!
Mata sangkur menghujam ke mata batin.
Mata kejora! Mata kejora!
Mata kekasih dalam dekapan malam.

Padang rumput termakan mata api.
Tetapi, kekasihku,
di dalam kalbuku yang murung ini,
engkaulah mata air pengharapanku!
2 Maret 1998

Sumber: Horison (Januari, 2000)

Analisis Puisi:

Puisi "Tentang Mata Pula" karya W.S. Rendra adalah sebuah pengamatan yang mendalam tentang peran dan makna mata dalam konteks kehidupan manusia dan alam sekitarnya. Dengan menggunakan bahasa yang khas dan penuh dengan metafora, Rendra menggambarkan kontras antara kegelapan dan harapan yang tercermin melalui berbagai jenis mata.

Simbolisme Mata: Mata dalam puisi ini dianggap sebagai simbol yang mewakili berbagai aspek kehidupan dan alam sekitar. Mata kejora dan mata kekasih melambangkan cahaya, keindahan, dan kehangatan dalam kehidupan manusia. Namun, di sisi lain, terdapat pula mata-mata yang lebih gelap dan berbahaya seperti mata sangkur, mata gergaji, dan mata badik yang mencerminkan kekerasan, kegelapan, dan kehancuran.

Kontras dan Perlawanan: Rendra menggunakan kontras antara mata yang berbeda untuk menyoroti perlawanan dan konflik dalam kehidupan sehari-hari. Kontras antara mata kejora dan mata sangkur, serta antara mata kekasih dan mata-mata yang gelap, menciptakan sebuah perbedaan yang kuat antara kebaikan dan kejahatan, harapan dan keputusasaan.

Penindasan dan Keterikatan: Dengan menyebutkan "hatiku meronta ditawan rangkaian mata rantai", Rendra menggambarkan perasaan penindasan dan keterikatan yang dirasakan dalam kehidupan yang penuh dengan konflik dan kegelapan. Metafora ini mencerminkan perjuangan manusia dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan dalam kehidupan sehari-hari.

Harapan dan Pengharapan: Meskipun ada kegelapan dan kekerasan di sekitarnya, kekasih di puisi ini dianggap sebagai "mata air pengharapan". Ini menunjukkan bahwa, di tengah-tengah kesulitan dan ketidakpastian, masih ada harapan dan cahaya yang muncul sebagai sumber kekuatan dan inspirasi bagi manusia.

Ungkapan Puisi: Puisi ini merupakan ungkapan perenungan yang mendalam tentang realitas kehidupan manusia, dari konflik dan kegelapan hingga harapan dan pengharapan. Dengan pemakaian bahasa yang kuat dan metafora yang kaya, Rendra berhasil menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga harapan dan keberanian dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Melalui puisi ini, W.S. Rendra mengajak pembaca untuk merenungkan peran dan makna mata dalam konteks kehidupan manusia, serta untuk tetap memelihara harapan dan keberanian di tengah-tengah kegelapan dan kesulitan.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Tentang Mata
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.