Puisi: Ekspresi Ladang Garam (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Ekspresi Ladang Garam" menciptakan gambaran yang kuat tentang kehidupan di Madura, dengan segala kompleksitasnya. Diah Hadaning menggunakan ...
Ekspresi Ladang Garam
Bagi D. Zawawi Imron


Siapa menghitung denting beliung
menggali-gali jantung Madura
manakala kata-kata hilang mahkota
dan Nipah ibarat perempuan terjarah
engkaukah menghitung desir celurit
manakala ilalang tak henti menusuki bulan
hidup penuh gempa
hidup jadi rumah roboh
hidup sihir kopi bergula darah
dan garam menggunung meleleh mencair
mengubur sepotong hari kian anyir
tak ada kelana menari tetembangan
tak ada gemerincing gelang di kaki perawan
ketika Nipah mengaduh
ketika Nipah menghantar jelaga hati
ketika Nipah lukamu lukaku.


Bogor, 1996

Analisis Puisi:
Puisi "Ekspresi Ladang Garam" karya Diah Hadaning merupakan sebuah karya sastra yang kaya akan imaji dan ekspresi yang dalam. Puisi ini merangkum pengalaman hidup yang penuh tantangan dan kesulitan di daerah Madura, menggambarkan kehidupan yang keras dan perjuangan yang memerlukan ketahanan.

Denting Beliung dan Jantung Madura: Puisi dimulai dengan gambaran "denting beliung" yang mengajak pembaca merenung tentang kekuatan alam yang tidak dapat diukur. Menggali jantung Madura menekankan pada kedalaman dan keunikan daerah tersebut, memberikan gambaran bahwa kehidupan di sana memiliki dimensi yang mendalam.

Kehilangan Mahkota Kata-Kata: Ungkapan "kata-kata hilang mahkota" menggambarkan situasi di mana kekuasaan dan keindahan bahasa terabaikan. Hal ini bisa diartikan sebagai bentuk perlawanan terhadap hilangnya identitas dan penghargaan terhadap budaya dan bahasa setempat.

Ilalang Menusuki Bulan dan Hidup Penuh Gempa: Metafora ilalang yang tak henti menusuki bulan menggambarkan kehidupan yang penuh dengan tantangan dan perjuangan. Hidup yang diibaratkan sebagai rumah yang roboh dan hidup dengan sihir kopi bergula darah menciptakan gambaran yang kuat tentang kerasnya kehidupan di Madura.

Garam Menggunung dan Mencair: Puisi menyajikan gambaran yang dramatis tentang ladang garam yang menggunung dan meleleh mencair. Ini dapat diartikan sebagai simbol dari kesulitan hidup yang tumpah ruah namun tetap rapuh, serta perjuangan yang terus-menerus untuk bertahan.

Tidak Ada Kelana Menari dan Gemerincing Gelang: Puisi menekankan pada kehilangan elemen keindahan dan keceriaan dalam hidup. Tidak ada kelana yang menari dan gemerincing gelang di kaki perawan menciptakan gambaran kekosongan dalam kehidupan sehari-hari.

Nipah dan Lukanya: Nipah dijadikan tokoh utama yang menyampaikan keluh kesah dan luka. Lukamu dan lukaku memberikan kesan bahwa kesulitan hidup tidak hanya dialami oleh satu individu, tetapi dirasakan bersama.

Bahasa dan Suara Perempuan: Penekanan pada suara perempuan, khususnya melalui tokoh Nipah, memberikan dimensi khusus pada puisi ini. Puisi ini menciptakan ruang bagi suara perempuan untuk diungkapkan, menggambarkan kekuatan dan ketahanan mereka di tengah tantangan hidup.

Puisi "Ekspresi Ladang Garam" menciptakan gambaran yang kuat tentang kehidupan di Madura, dengan segala kompleksitasnya. Diah Hadaning menggunakan bahasa yang padat dan ekspresif untuk menyampaikan kisah kehidupan yang keras dan penuh perjuangan, memberikan suara kepada mereka yang mengalami kesulitan dan tantangan di daerah tersebut.

"Puisi: Ekspresi Ladang Garam (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Ekspresi Ladang Garam
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.