Puisi: Koruptor di Negeri Bisu (Karya Cucuk Espe)

Puisi "Koruptor di Negeri Bisu" karya Cucuk Espe menggambarkan kebobrokan dan kebusukan dalam kehidupan politik dan sosial Indonesia.
Koruptor di Negeri Bisu

Di jalanan dan kantor pemerintahan
Di koran-koran dan televisi sepanjang hari
Aku saksikan parade koruptor tanpa henti
Aku saksikan rakyat mengais sisa korupsi
-; Karena hidup tak boleh berhenti

Koruptor adalah raja di negeri ini
Polisi tunduk pada koruptor
Hakim mengangguk-angguk pada koruptor
Petinggi partai kolega koruptor
Menteri-menteri melindungi koruptor
-; Presiden, Bapak Sang Koruptor

Inilah NKRI;
Negeri Korup Republik Indonesia
Rakyat marah persoalan biasa
Rakyat lapar, bukan urusan saya
Karena rakyat harus berdikari
Kalau tak ingin mati dalam inkubasi

"Kalian, rakyat seluruh negeri. Percuma sakit hati.
Bakar ban dan melompati pagar tinggi. Karena kalian,
berada di negeri bisu-tuli. Nikmati saja, karena rakyat
tak boleh memilih apa-apa."

Ingat, 
Korupsi adalah panglima.

Jombang, 2012

Analisis Puisi:

Puisi "Koruptor di Negeri Bisu" karya Cucuk Espe adalah sebuah karya yang menggambarkan kondisi korupsi yang meluas dan merajalela di Indonesia. Melalui penggunaan gambaran-gambaran kuat dan kritik sosial yang tajam, puisi ini mengeksplorasi dampak negatif korupsi terhadap rakyat dan kehidupan politik di Indonesia.

Kritik terhadap Kehidupan Politik dan Sosial: Puisi ini menggambarkan kebobrokan dan kebusukan dalam kehidupan politik dan sosial Indonesia. Dengan menggambarkan "parade koruptor tanpa henti" dan ketidakberdayaan rakyat dalam menghadapi korupsi, puisi ini mencerminkan kekecewaan dan ketidakpuasan terhadap sistem politik yang korup dan tidak adil.

Keterpurukan Moral dan Etika: Penyair menggambarkan bagaimana koruptor dianggap sebagai raja dan memiliki kekuasaan yang tidak terbantahkan di negeri ini. Dengan menggambarkan polisi, hakim, petinggi partai, dan menteri yang tunduk dan melindungi koruptor, puisi ini menyoroti keterpurukan moral dan etika di kalangan elit politik dan birokrasi Indonesia.

Kebangkitan Kesadaran Rakyat: Meskipun menyoroti ketidakberdayaan rakyat dalam menghadapi korupsi, puisi ini juga menunjukkan kebangkitan kesadaran rakyat. Dengan menekankan bahwa "Rakyat marah, persoalan biasa" dan menyerukan agar rakyat menjadi mandiri dan aktif dalam melawan korupsi, puisi ini menyuarakan harapan akan perubahan yang dituntut oleh rakyat Indonesia.

Ketidakadilan dan Ketidakberdayaan: Puisi ini menggambarkan ketidakadilan dan ketidakberdayaan rakyat dalam menghadapi korupsi. Dengan menggambarkan rakyat sebagai berada dalam negeri yang "bisu-tuli", puisi ini menyoroti kebingungan dan ketidakmampuan rakyat dalam memilih dan mempengaruhi sistem politik yang korup dan tidak adil.

Puisi "Koruptor di Negeri Bisu" adalah sebuah karya yang menggambarkan kebobrokan dan kebusukan dalam kehidupan politik dan sosial Indonesia. Melalui gambaran-gambaran yang kuat dan kritik sosial yang tajam, puisi ini mengeksplorasi dampak negatif korupsi terhadap rakyat dan sistem politik Indonesia. Dengan menyerukan kebangkitan kesadaran rakyat dan perlawanan terhadap korupsi, puisi ini menyuarakan harapan akan perubahan yang lebih baik di Indonesia.

"Cucuk Espe"
Puisi: Koruptor di Negeri Bisu
Karya: Cucuk Espe
© Sepenuhnya. All rights reserved.