Puisi: Nyanyian Perempuan Malam (Karya Diah Hadaning)

Puisi: Nyanyian Perempuan Malam Karya: Diah Hadaning
Nyanyian Perempuan Malam


Hujan petang menerpa jendela kamar
rumah bunga pinggir jalanan
jarum-jarum hujan berjatuhan tak terhingga
cerita ini masih berapa lama?
Selembar daun luruh lagi
setiap angin menerjang pohonnya
seorang lelaki mampir lagi
menyiramkan dosa tak berkesudahan.

Hujan petang menerpa ketabahan
malaikat telah terbang jauh ke sorga
tinggalkan anak bunda penuh luka
mana lagi melati-melati pernah kutanam
di kebun masa kanakku?
Romo, mungkin tercemar dari genggamanmu
ketika Tuan melintasi halaman gereja tua
Tuan pernah menerimanya dari tangan kecilku
sebelum ibu sempat memetik buat sebaran
meja riasnya yang selalu menggodaku
jadi pesolek kecil dan akhirnya penjaja malam

Hari-hari tak bertuan
Romo, khotbah Tuan kurindukan
ah, Tuan telah pangling tak mengenaliku
wajahku telah pucat dan tua dihisap beban dunia
aku si kecil yang telah berpaling dari padamu
dengarlah nyanyianku memanggilmu
di malam hujan yang tak kan kuperpanjang.


Jakarta, Februari 1987


Puisi Nyanyian Perempuan Malam
Puisi: Nyanyian Perempuan Malam
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.