Puisi: Sebelum Bom (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Sebelum Bom" menggabungkan elemen-elemen alam, kehidupan sehari-hari, dan ketidakpastian mendalam untuk menciptakan gambaran puitis tentang ...
Sebelum Bom


Sebelum bom itu meledak
Ia lihat pantai:
laut (yang belum selesai menghapal ombak)
melepaskan teja
yang hampir padam.

Hijau tak diacuhkan hujan, agaknya,
juga burung yang bertebar
di ladang garam.

Dan ingin tidur.

Tapi di kamar ini Tia, seekor kucing.
mencakari kaca akuarium,
dan ikan-ikan tua
mengatupkan insang
ketika jam bundar itu
melepaskan tak-tik-toknya
ke cuaca, dan ia tak ingat benar
adakah bunga dalam vas itu
ia namai "krisantenum"
sebelum mati.

Sebelum bom itu meledak.


2005

Sumber: Sajak-Sajak Lengkap, 1961-2001 (2001)

Analisis Puisi:
Puisi "Sebelum Bom" karya Goenawan Mohamad menciptakan gambaran yang mendalam dan puitis mengenai momen sebelum terjadinya peristiwa tragis, yang disimbolkan dengan kata "bom." Penyair menggunakan bahasa yang sederhana namun sarat makna untuk menyampaikan atmosfer ketenangan dan ketidakpedulian sebelum terjadinya kejadian yang menghancurkan.

Deskripsi Alam dan Ketenangan: Puisi dimulai dengan deskripsi alam yang tenang, terutama pantai dan laut. Penyair mengeksplorasi keindahan pantai dengan menyebutkan laut yang "belum selesai menghapal ombak" dan teja yang "hampir padam." Ini menciptakan gambaran ketenangan dan keheningan sebelum momen kritis yang akan datang.

Warna Hijau dan Lambaian Hujan: Meskipun deskripsi pantai dan laut memiliki warna-warna hijau, penyair mencatat bahwa hijau tersebut tidak diacuhkan oleh hujan. Warna hijau yang tidak diperhatikan dapat diartikan sebagai ketidakpedulian atau ketidaksensitifan terhadap lingkungan sekitar, seiring dengan semangat ketenangan yang terus dipertahankan.

Ladang Garam dan Burung: Penyair merinci elemen-elemen alam lainnya, seperti ladang garam dan burung yang bertebar. Gambaran ini menciptakan citra kesederhanaan dan kehidupan yang berlanjut tanpa terganggu. Keberadaan burung di ladang garam menambahkan elemen kehidupan dan kemerdekaan dalam gambaran alam tersebut.

Keinginan untuk Tidur: Meskipun alam menawarkan ketenangan, penyair menyampaikan keinginan untuk tidur. Momen ini menunjukkan kelelahan atau rasa lelah yang mungkin mewarnai suasana sebelum peristiwa tragis terjadi. Ini menciptakan kontras antara ketenangan alam dan ketidakpastian manusia.

Kucing Tia dan Ikan di Aquarium: Puisi menggeser fokus ke dalam rumah, di mana seekor kucing bernama Tia terlihat mencakari kaca akuarium. Gambaran ini dapat diartikan sebagai kegelisahan atau ketidakpuasan dalam keadaan yang seharusnya damai. Ikan-ikan tua yang "mengatupkan insang" menciptakan citra ketidakpastian dan kegelisahan menjelang momen kritis.

Waktu Jam Bundar dan Krisantemum: Penyair menyebutkan waktu "jam bundar" yang melepaskan tak-tik-toknya ke cuaca. Ini menciptakan gambaran waktu yang berjalan terus, tanpa terhenti, menjelang momen yang mungkin mengubah segalanya. Referensi terhadap bunga dalam vas yang disebut "krisantemum" menambahkan elemen simbolis tentang keindahan yang mungkin terancam oleh peristiwa tragis.

Penekanan pada "Sebelum Bom" yang Meledak: Puisi diakhiri dengan frasa "Sebelum bom itu meledak," yang memberikan kesan dramatis dan antisipasi terhadap momen krisis yang akan terjadi. Penekanan pada kata "sebelum" menciptakan perasaan takut dan tegang, meminta pembaca untuk merenung tentang apa yang akan terjadi setelah momen tersebut.

Puisi "Sebelum Bom" menggabungkan elemen-elemen alam, kehidupan sehari-hari, dan ketidakpastian mendalam untuk menciptakan gambaran puitis tentang momen sebelum terjadinya peristiwa tragis. Goenawan Mohamad berhasil menggambarkan ketenangan, kegelisahan, dan antisipasi dengan bahasa yang sederhana namun penuh dengan makna yang mendalam.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Sebelum Bom
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.