Puisi: Percakapan dengan Zaini (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Percakapan dengan Zaini" mengeksplorasi berbagai tema, termasuk seni, pencarian makna, dan refleksi tentang eksistensi.
Percakapan dengan Zaini

Rendra di muka kaca
Syahwil sedang meriasnya

Penyanyi berbagai serenada dalam warna
Sedang menatap diri sendiri dalam kaca
Penyair yang meluluhkan jasad dengan garang
Panggilan gong di pentas bertambah lantang

Seribu sajak meleburkan baitnya dalam gerak
Menggelepar manja. Berbulu putih dengan sayap perak
Beterbangan dan hinggap dari dahan ke dahan
Dahan zaitun, dahan pohon utara dan selatan

Seribu gerak kembali lahir jadi puisi
Si pencari yang mendaki tangga zaman Yunani
Kuulurkan tangan padanya: man kita ngembara
Ke mana saja. Karena sajak ada di sepanjang benua

Penyanyi itu telah mengenakan jas birunya
Kali terakhir menatap dirinya pada kaca
Semakin lama kita ngembara dalam puisi
Mana tanganmu, siapa tak terbawa jauh sekali.

1963

Sumber: Tirani dan Benteng (1993)

Analisis Puisi:
Puisi "Percakapan dengan Zaini" adalah salah satu puisi terkenal karya Taufiq Ismail, seorang penyair Indonesia yang dikenal dengan karyanya yang eksperimental dan inovatif. Puisi ini mengeksplorasi berbagai tema, termasuk seni, pencarian makna, dan refleksi tentang eksistensi.

Seni sebagai Cerminan Diri: Puisi ini membuka dengan gambaran tentang "penyanyi" yang menatap diri sendiri dalam kaca. Ini bisa diartikan sebagai perwujudan seniman atau penyair yang tengah merenungkan karyanya dan mencari makna dalam karya seni yang dihasilkannya. Kaca menjadi simbol refleksi diri, mungkin mengindikasikan introspeksi dan evaluasi pribadi.

Pertentangan dalam Seni: Baris "Penyair yang meluluhkan jasad dengan garang" menciptakan gambaran pertentangan dalam seni. Kontradiksi antara "meluluhkan" dan "garang" menggambarkan perjuangan antara kelembutan dan keberanian dalam ekspresi seni. Ini juga bisa merujuk pada perjuangan untuk menemukan keseimbangan antara ekspresi artistik dan emosi yang intens.

Perubahan Waktu dan Pencarian: Puisi ini menggambarkan perubahan waktu dan perjalanan pencarian makna dalam puisi. Baris "Seribu sajak meleburkan baitnya dalam gerak" mengindikasikan perubahan dan transformasi melalui berbagai karya sastra. Hal ini mencerminkan bagaimana puisi bisa membawa kita melalui perjalanan pemahaman yang berbeda dari waktu ke waktu.

Universalitas Puisi: Pada baris "Kuulurkan tangan padanya: man kita ngembara / Ke mana saja. Karena sajak ada di sepanjang benua," puisi mengajukan pertanyaan tentang tempat puisi dalam kehidupan manusia. Puisi dianggap sebagai sarana untuk berkelana dan mengeksplorasi pemahaman tentang dunia dan eksistensi.

Eksistensi dan Pencarian: Puisi ini menyentuh tema pencarian makna dan eksistensi. Baris-baris seperti "Mana tanganmu, siapa tak terbawa jauh sekali" bisa diartikan sebagai refleksi tentang apa yang tertinggal dalam perjalanan hidup dan pencarian.

Lingkaran Penciptaan: Puisi ini membentuk lingkaran atau siklus dengan memulai dan mengakhiri puisi dengan referensi kepada "penyanyi" yang menatap diri sendiri pada kaca. Ini bisa mengindikasikan bahwa seni dan pencarian makna adalah proses berkelanjutan, seperti sebuah siklus yang tak pernah berhenti.

Puisi "Percakapan dengan Zaini" karya Taufiq Ismail adalah puisi yang menarik dan kompleks, merangkum berbagai tema seperti seni, pencarian, eksistensi, dan transformasi. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna dalam seni dan perjalanan ke dalam diri sendiri.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Percakapan dengan Zaini
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.