Puisi: Kepada Pelukis Affandi (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Kepada Pelukis Affandi" oleh Chairil Anwar adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan penulis terhadap seniman pelukis Affandi.
Kepada Pelukis Affandi


Kalau, 'ku habis-habis kata, tidak lagi
berani memasuki rumah sendiri, terdiri
di ambang penuh kupak,

adalah karena kesementaraan segala
yang mencap tiap benda, lagi pula terasa
mati kan datang merusak.

Dan tangan 'kan kaku, menulis berhenti,
kecemasan derita, kecemasan mimpi;
berilah aku tempat di menara tinggi,
di mana kau sendiri meninggi

atas keramaian dunia dan cedera,
lagak lahir dan kelancungan cipta,
kau memaling dan memuja
dan gelap-tertutup jadi terbuka!
 

1946

Sumber: Deru Campur Debu (1949)

Analisis Puisi:
Puisi "Kepada Pelukis Affandi" oleh Chairil Anwar adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan penulis terhadap seniman pelukis Affandi. Puisi ini menggambarkan pemikiran dan perasaan penulis tentang seni, kreativitas, dan pencarian makna dalam kehidupan.

Pergulatan dengan Kata-Kata: Puisi ini dimulai dengan kalimat "Kalau, 'ku habis-habis kata, tidak lagi berani memasuki rumah sendiri, terdiri di ambang penuh kupak," yang mencerminkan perasaan kehabisan kata-kata dan kebingungan. Ini menggambarkan penulis yang terjebak dalam ketidakmampuannya untuk mengekspresikan diri dengan kata-kata, seperti dalam melukis sebuah lukisan yang hanya dapat menggambarkan sebagian kecil dari realitas.

Kesementaraan dan Kematian: Penulis menggambarkan kesementaraan segala sesuatu, termasuk benda-benda yang dicap dan ditemukan dalam seni pelukis. Kata-kata "adalah karena kesementaraan segala yang mencap tiap benda, lagi pula terasa mati kan datang merusak" menggambarkan refleksi penulis tentang keadaan fana dan kematian yang selalu mengintai, bahkan dalam karya seni.

Kekuatan Seni dalam Menghadapi Kecemasan: Puisi ini juga menggambarkan kekuatan seni dalam menghadapi kecemasan dan ketidakpastian. Penulis menggambarkan tangan yang menjadi kaku dan berhenti menulis akibat kecemasan dan derita. Namun, penulis berharap bahwa pelukis Affandi dapat memberinya tempat di menara tinggi, tempat di mana seniman itu sendiri meninggi di atas keramaian dunia dan cedera. Ini mencerminkan pandangan bahwa seni memiliki kekuatan untuk membawa ketenangan dan ketinggian di tengah-tengah kekacauan dan keterbatasan hidup.

Pemujaan pada Seni dan Pelukis: Penulis menggambarkan pelukis Affandi sebagai figur yang memalingkan dan memuja, yang dapat membuka pintu kegelapan dan memperlihatkan kebenaran yang tersembunyi. Penulis merasa bahwa pelukis tersebut memiliki kemampuan untuk menghadirkan makna dan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan dan realitas.

Puisi "Kepada Pelukis Affandi" karya Chairil Anwar adalah sebuah refleksi tentang seni, kehidupan, dan kematian. Puisi ini menggambarkan perasaan penulis tentang keterbatasan bahasa dalam mengungkapkan realitas yang kompleks, sementara juga mengakui kekuatan seni untuk memberikan makna dan kedamaian di tengah-tengah kecemasan dan ketidakpastian. Melalui gambaran yang kuat dan bahasa yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang peran seni dalam menghadapi tantangan eksistensial dan mencari makna dalam hidup.

Chairil Anwar
Puisi: Kepada Pelukis Affandi
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.