Puisi: Cempaka Mulia (Karya Amir Hamzah)

Puisi "Cempaka Mulia" karya Amir Hamzah menggambarkan kehidupan, kematian, keindahan, dan perasaan kerinduan.
Cempaka Mulia


Kalau kulihat tuan, wahai suma
kelopak terkembang harum terserak
hatiku layu sejuk segala
rasakan badan tiada dapat bergerak.

Tuan tumbuh tuan hamba kembang
di negeriku sana di kuburan abang
kemboja bunga rayuan
hatiku kechu melihat tuan.

Bilamana beta telah berpulang
wah, semboja siapatah kembang
di atas kuburku, si dagang layang?

Kemboja, kemboja bunga rayuan
hendakkah tuan menebarkan bibit
barang sebiji di atas pangkuan
musafir lata malang berakit?

Melur takku mahu
mawar takku suka,
sebab semboja dari dahulu
telah kembang di kubur bonda.

Kemboja bunga rayuan
musafir anak Sumatera
Pulau Perca tempat pangkuan
bilamana fakir telah tiada.


Sumber: Buah Rindu (1941)

Analisis Puisi:
Puisi "Cempaka Mulia" karya Amir Hamzah adalah sebuah karya sastra yang kaya akan makna dan imajinasi.

Tema Keindahan dan Kematian: Puisi ini menciptakan gambaran tentang keindahan bunga cempaka yang harum dan mempesona. Namun, tema kematian juga hadir di sini. Ini terlihat dalam perbandingan antara cempaka yang tumbuh di kuburan abang (sebuah referensi kepada kuburan atau makam) dan pertanyaan tentang apa yang akan terjadi pada cempaka ketika sang penanam (musafir anak Sumatera) telah meninggal.

Bahasa Simbolis: Penyair menggunakan bahasa yang sangat simbolis dalam puisi ini. Cempaka digambarkan sebagai bunga yang mewakili kecantikan dan harum. Namun, cempaka juga menjadi simbol kematian karena tumbuh di kuburan. Ini menciptakan kontras yang kuat antara keindahan hidup dan kenyataan kematian.

Perbandingan Budaya dan Identitas: Puisi ini mengandung elemen perbandingan budaya antara Sumatera dan tempat musafir anak Sumatera. Ini bisa mencerminkan perasaan kerinduan dan kehilangan identitas budaya yang mungkin dirasakan oleh orang yang merantau atau tinggal di tempat yang berbeda dengan budaya asalnya.

Kehidupan dan Kematian: Puisi ini merenungkan konsep kehidupan dan kematian. Meskipun cempaka adalah simbol kehidupan yang indah, kenyataannya, mereka juga tumbuh di tempat-tempat kematian. Ini bisa diartikan sebagai pengingat tentang sirkulasi kehidupan dan kematian yang beriringan.

Keabadian Melalui Puisi: Penyair mungkin ingin mencapai keabadian melalui puisi ini. Dengan menulis tentang cempaka dan makna-makna yang terkait dengannya, penyair berharap bahwa keindahan dan maknanya akan tetap hidup melalui kata-katanya.

Puisi "Cempaka Mulia" adalah sebuah karya yang menggambarkan kehidupan, kematian, keindahan, dan perasaan kerinduan. Dengan bahasa yang simbolis, penyair menciptakan gambaran yang kuat tentang hubungan antara kehidupan dan kematian, serta perbandingan budaya yang mungkin ada dalam pengalaman manusia.

Amir Hamzah
Puisi: Cempaka Mulia
Karya: Amir Hamzah

Biodata Amir Hamzah:
  • Amir Hamzah memiliki nama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indra Putera.
  • Amir Hamzah adalah salah satu sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru (angkatan '30-an atau angkatan 1933).
  • Amir Hamzah lahir pada tanggal 28 Februari 1911 di Binjai, Langkat, Sumatra Utara.
  • Ayahnya bernama Tengku Muhammad Adil (meninggal dunia pada tahun 1933).
  • Ibunya bernama Tengku Mahjiwa (meninggal dunia pada tahun 1931).
  • Amir Hamzah menikah dengan seorang perempuan bernama Kamiliah pada tanggal 1937. Pernikahan ini tersebut dikaruniai seorang anak bernama Tengku Tahura.
  • Amir Hamzah meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1946.
  • Amir Hamzah adalah salah satu pendiri majalah sastra Pujangga Baru (bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane) pada tahun 1932.
  • Dalam dunia sastra, Amir Hamzah diberi julukan Raja Penyair Zaman Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.