Puisi: Senandung Tanah-Tanah Dayak (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Senandung Tanah-Tanah Dayak" karya Diah Hadaning membawa kita ke dalam dunia suku Dayak yang tengah berjuang melawan perubahan sosial dan ...
Senandung Tanah-Tanah Dayak


Percayalah kepada musim di tanah ini
percayalah kepada adat turun-temurun
percayalah kepada darah ibu dari hulu
kesetiaan dan kejujuran selalu satu.

Sementara orang-orang berdatangan
menyebar kepongahan merenggut lahan-lahan
dan seorang ketua adat dari daerah pedalaman Ketapang
bersaksi pada satu hari
sertifikat kami adalah pohon durian
dan tengkawang yang
sudah berumur ratusan tahun.

Alam bersaksi kehidupan bersaksi
tapi beraninya orang-orang yang datang
bicara sambil membunuh rasa cinta tanah merdeka
katanya: di Kalimantan tidak ada tanah-tanah adat.

Lalu Rifin Ivon ketua suku dayak punan
bersaksi: lihatlah hutan-hutan kami
dengar senandung dan tangisnya
sungai-sungai penuh endapan lumpur

Air yang dulu jernih oleh rimbun hutan kasih
menjadi air mata perih
di mana-mana pembersihan
Kalimantanku menerawang dalam diam
dibawa arus sungai Ambawang.


Bogor, Juli 1992

Analisis Puisi:
Puisi "Senandung Tanah-Tanah Dayak" karya Diah Hadaning adalah sebuah karya sastra yang menyuarakan keprihatinan terhadap dampak lingkungan dan perubahan sosial di Kalimantan, terutama yang mempengaruhi suku-suku Dayak.

Tema yang Kuat: Tema yang paling mencolok dalam puisi ini adalah perjuangan suku Dayak dalam mempertahankan tanah adat mereka dari degradasi lingkungan dan perampasan lahan oleh pihak-pihak eksternal. Puisi ini menggambarkan kerinduan akan masa lalu yang penuh dengan keindahan alam dan budaya yang terancam punah.

Kaitan dengan Alam dan Budaya: Penyair mengilustrasikan koneksi yang dalam antara suku Dayak dengan alam dan budayanya. Mereka mempercayai musim, adat turun-temurun, dan darah leluhur sebagai bagian penting dari identitas dan kehidupan mereka. Hal ini menciptakan rasa kesetiaan, kejujuran, dan kedalaman sejarah yang berdampingan dengan alam sekitar mereka.

Perlawanan Terhadap Kekerasan Lingkungan: Puisi ini mengecam perusakan lingkungan dan perampasan lahan oleh pihak-pihak yang datang dari luar. Penyair merujuk pada orang-orang yang "berdatangan" dan "menyebar kepongahan" untuk menggambarkan dampak negatif dari eksploitasi lingkungan yang merusak hutan, sungai, dan kehidupan tradisional suku Dayak.

Suara yang Tidak Didengarkan: Penyair menggunakan suara seorang ketua adat dan pemimpin suku Dayak, Rifin Ivon, untuk menyuarakan perasaan dan kesaksian suku Dayak terhadap perubahan yang merugikan. Meskipun suara mereka berbicara tentang pentingnya tanah adat dan hutan mereka, orang-orang dari luar mengabaikannya dan bahkan berpendapat bahwa "di Kalimantan tidak ada tanah-tanah adat."

Keindahan dan Kerinduan: Puisi ini menciptakan gambaran tentang keindahan alam Kalimantan yang sekarang terancam oleh perubahan lingkungan. Ia menggambarkan hutan yang dulu rimbun sebagai tempat penuh kasih. Namun, sekarang, sungai-sungai yang dulunya jernih telah tercemar dan hutan telah berkurang drastis. Puisi ini juga mengungkapkan kerinduan akan masa lalu yang lebih baik dan masa depan yang tidak pasti.

Pesan Lingkungan dan Kepedulian Sosial: Puisi ini adalah sebuah bentuk peringatan terhadap kerusakan lingkungan dan perampasan lahan yang merusak kehidupan masyarakat adat. Ia juga mengajak pembaca untuk lebih peduli terhadap pelestarian lingkungan dan budaya, serta menunjukkan bahwa perlindungan tanah adat dan tradisi suku Dayak adalah hal yang sangat penting.

Bahasa dan Narasi: Penyair menggunakan bahasa yang sederhana dan gambaran yang kuat untuk menyampaikan pesan puisi ini. Ini membantu menciptakan suasana emosional yang kuat dan mengundang perasaan keprihatinan dan simpati dari pembaca.

Puisi "Senandung Tanah-Tanah Dayak" karya Diah Hadaning adalah suatu karya yang mengharukan dan menggugah. Ia membawa kita ke dalam dunia suku Dayak yang tengah berjuang melawan perubahan sosial dan lingkungan yang merusak, dan mengingatkan kita akan pentingnya melestarikan lingkungan dan kebudayaan tradisional.

"Puisi: Senandung Tanah-Tanah Dayak (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Senandung Tanah-Tanah Dayak
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.