Puisi: Pada Suatu Hari Mentari Membakar Kota (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Pada Suatu Hari Mentari Membakar Kota" karya Diah Hadaning menggambarkan ketegangan antara perubahan dan kelestarian, serta antara ....
Pada Suatu Hari Mentari Membakar Kota


Kota tua telah penuh bangunan
teluk kehilangan perahu bersandar
sementara para lelaki anak laut menabur jala
jangan sampai kosong hari ini, seru istrinya
tapi ikan-ikan telah pindah habitatnya
berenang dalam pigura di gedung-gedung
apa yang bisa dilakukan kota tua terbakar matahari
bahkan mengirim salam pada laut tak lagi.

Saat matahari tepat siang kota terpanggang
berdatangan pemadam kebakaran
tapi kota semakin bara karena matahari kini ada dalam jiwa
hanguskan hasrat tersisa bukti pernah ada
peradaban yang kini disingkirkan
kota terus terbakar.


2002

Analisis Puisi:
Puisi "Pada Suatu Hari Mentari Membakar Kota" karya Diah Hadaning adalah sebuah karya sastra yang menciptakan gambaran kuat tentang kota yang tengah dilanda kepanasan yang luar biasa. Puisi ini mengeksplorasi tema-tema lingkungan dan perubahan dalam sebuah konteks urban.

Kehangatan yang Membakar: Puisi ini menggambarkan panasnya cuaca yang tak tertahankan, yang menciptakan ketidaknyamanan dan bahkan kehancuran di dalam kota. Penyair menciptakan gambaran tentang bangunan-bangunan yang terbakar oleh panas matahari yang menyengat.

Kehilangan Identitas: Puisi ini menunjukkan bagaimana kota yang dulu dikenal oleh penduduknya telah berubah secara dramatis. Kota tua yang dulu hidup dengan aktivitas nelayan kini telah berubah menjadi kota yang keras dan modern. Ini menciptakan perasaan nostalgia terhadap masa lalu yang hilang.

Perubahan Lingkungan: Puisi ini mencerminkan dampak perubahan iklim dan perubahan lingkungan terhadap kota. Perubahan ini mencakup migrasi ikan dari habitatnya yang asli dan perubahan ekosistem di dalamnya.

Perbandingan antara Alam dan Urban: Penyair menggunakan perbandingan antara alam (laut) dan urban (kota) untuk menggambarkan perubahan dramatis dalam kehidupan dan lingkungan kota. Ketika alam berubah, kota juga ikut berubah.

Kehancuran Kehidupan: Puisi ini menciptakan perasaan kehancuran dan kehilangan, baik dalam hal kehilangan iklim dan lingkungan yang dulu dikenal, maupun dalam hal kehilangan identitas kota itu sendiri.

Puisi ini menggambarkan ketegangan antara perubahan dan kelestarian, serta antara keadaan alam yang tak terkendali dan perubahan yang dipicu oleh manusia dalam konteks urban. Ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga lingkungan alam dan merespons perubahan iklim agar kita dapat mencegah kerusakan yang lebih lanjut terhadap dunia kita.

"Puisi: Pada Suatu Hari Mentari Membakar Kota (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Pada Suatu Hari Mentari Membakar Kota
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.