Puisi: Tiga Lembar Kartu Pos (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Tiga Lembar Kartu Pos" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan keraguan, ketidakkonsistenan, dan ketidakpastian dalam hubungan spiritual ...
Lembar Kartu Pos (1)

soalnya kau tak pernah tegas menjelaskan keadaanmu,
tak pernah tegas mengakui bahwa harus menyelesaikan
perkaramu dengan-Ku

suratmu dulu itu entah dimana, tidak di antara
bintang-bintang, tidak di celah awan, tidak di sela-sela sayap
malaikat

Masih Kuingat benar: alamat-Ku kau tulis dengan sangat
tergesa, Kubayangkan tanganmu gemetar tanda bahwa ada
yang ingin lekas-lekas kau sampaikan pada-Ku

Lembar Kartu Pos (2)

kau dimana kini? Sebenarnya saja: pernahkah kau tulis
surat itu? Pernahkah sekujur tubuhmu mendadak dingin
ketika kau lihat bayang-bayang-Ku yang tertinggal di
kamarmu?

Mungkin Aku keliru, mungkin selama ini kau tak pernah
merasa memelihara hubungan dengan-Ku, tak pernah ingat
akan percakapan Kita yang panjang perihal topeng
yang tergantung di dinding itu

Bagaimanapun Aku ingin tahu dimana kau kini

Lembar Kartu Pos (3)

anakmu yang tinggal itu menulis surat, katanya antara
lain, “...alamat-Mu kudapati di tong sampah, di antara
surat-surat yang dibuang Ayah; hanya sekali ia pernah
menyebut-nyebut nama-Mu, yakni ketika aku meraung
karena dihalanginya mengenakan topeng yang ...”

rupanya ia ingin mengajak-Ku bercakap tentang mengapa
Aku sengaja memberimu hadiah topeng di hari ulang
tahunmu dulu itu

siasatnya pasti siasatmu juga; menatap tajam sambil
menuduh bahwa kunfayakun-Ku sia-sia belaka

1975

Sumber: Hujan Bulan Juni (1994)

Analisis Puisi:

Puisi "Tiga Lembar Kartu Pos" karya Sapardi Djoko Damono adalah serangkaian surat atau pesan yang mencerminkan hubungan antara manusia dengan keagamaannya, dalam hal ini, dengan Tuhan. Puisi ini menggambarkan keraguan, ketidakkonsistenan, dan ketidakpastian dalam hubungan spiritual seseorang dengan Tuhan.

Surat sebagai Metode Komunikasi: Puisi ini menggunakan metafora surat atau kartu pos sebagai alat komunikasi antara manusia dengan Tuhan. Surat-surat tersebut mencerminkan upaya manusia untuk berkomunikasi dengan Tuhan, meskipun dengan kebingungan dan ketidakpastian.

Ketidakpastian dan Keraguan: Dalam surat-surat tersebut, terdapat ungkapan ketidakpastian dan keraguan akan hubungan manusia dengan Tuhan. Penyair meragukan kepastian hubungan spiritualnya, merasa bahwa Tuhan mungkin tidak pernah menerima atau menjawab surat-suratnya.

Tantangan dalam Menjaga Hubungan dengan Tuhan: Penyair menghadapi tantangan dalam menjaga hubungan dengan Tuhan. Ia merasa bahwa upayanya untuk menjaga hubungan dengan Tuhan terkadang tidak diakui atau tidak diperhatikan oleh Tuhan sendiri.

Pencarian Jawaban dan Klarifikasi: Penyair mencoba mencari jawaban atas ketidakpastian dan keraguan dalam hubungannya dengan Tuhan. Ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang keberadaan Tuhan, hubungan mereka, dan keberadaan-Nya dalam kehidupan sehari-hari.

Topeng sebagai Metafora: Topeng yang disebutkan dalam surat-surat tersebut bisa menjadi metafora untuk kedua belah pihak dalam hubungan manusia dengan Tuhan. Mungkin topeng tersebut melambangkan kepalsuan atau perasaan tidak tulus dalam hubungan tersebut.

Konfrontasi Diri dan Tuhan: Penyair juga menyadari bahwa ia harus menghadapi konfrontasi dengan dirinya sendiri dan dengan Tuhan. Ia menyadari siasat dan ketidakjujuran dalam hubungannya dengan Tuhan, serta perlu mencari kejujuran dan ketulusan dalam hubungan spiritualnya.

Puisi "Tiga Lembar Kartu Pos" merupakan sebuah refleksi tentang hubungan spiritual yang kompleks antara manusia dan Tuhan, serta perjalanan pencarian makna dan kepastian dalam keyakinan dan spiritualitas. Damono menghadirkan suasana keraguan, ketidakpastian, dan introspeksi spiritual yang mendalam melalui metafora surat-surat yang diutus kepada Tuhan.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Tiga Lembar Kartu Pos
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.