Puisi: Elegia Ibu Kota (Karya Aldian Aripin)

Puisi "Elegia Ibu Kota" menyampaikan kritik yang tajam terhadap kebijakan pemerintah dan tuntutan akan keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat.
Elegia Ibu Kota

O, Bapa pemimpin
o, pemerintah
hati yang beku betapa dingin.

Siang betapa panas
lelaki kami berkeringat
mengkekas dari sampah ke sampah.

Malam betapa sendu
perempuan kami berlagu
berjalan dari taman ke taman.

O, Bapa pemimpin
o, pemerintah
berilah kami nasi dan rumah.

Karena rakyatlah maka ada pemimpin
karena rakyatlah maka ada pemerintah
tapi kami ditinggal di mana.

Karena tamaklah maka pemimpin berlupa
karena tamaklah maka belati disorong ke perutnya
selagi mulutnya membusa tawa dan dusta.

O, Bapa pemimpin
o, pemerintah
tersenyumlah kepada kami ramah tamah.

Beri dan yakinkanlah kami akan ketetapan rencana
beri dan jaminlah kami akan kesempatan kerja
agar kami dapat berdarma dan berjasa.

Bawalah kami kepada arti dan nikmatnya kemerdekaan
kedamaian tanah air yang didengung diagungkan
di mana kami tenteram beranak dan berkasihan.

1963

Analisis Puisi:

Puisi "Elegia Ibu Kota" karya Aldian Aripin adalah sebuah kritik sosial yang tajam terhadap kondisi sosial dan politik di ibu kota. Dengan bahasa yang lugas dan puitis, penyair mengungkapkan ketidakpuasan, harapan, dan keinginan akan perubahan yang lebih baik.

Kritik Sosial terhadap Pemerintah: Puisi ini mengkritik keras kebijakan dan tindakan pemerintah yang dianggap tidak peduli terhadap rakyatnya. Bahasa yang digunakan menyiratkan ketidakpuasan terhadap pemimpin yang dianggap dingin dan tidak peka terhadap kesulitan dan penderitaan rakyat.

Penggambaran Kehidupan Sehari-hari: Melalui deskripsi tentang kehidupan sehari-hari di ibu kota, penyair membawa pembaca ke dalam realitas pahit yang dihadapi oleh rakyat. Gambaran tentang lelaki yang berkeringat di siang hari dan perempuan yang berjalan dari taman ke taman di malam hari mencerminkan kesulitan dan perjuangan yang harus dihadapi setiap harinya.

Tuntutan akan Keadilan dan Kesejahteraan: Puisi ini mengekspresikan tuntutan rakyat akan hak mereka akan nasi (sandang) dan rumah (pangan). Penyair menyoroti hak dasar manusia yang harus dijamin oleh pemerintah, namun seringkali diabaikan.

Kritik terhadap Kepemimpinan yang Korup: Puisi ini mengeksplorasi tema korupsi dan ketamakan dalam kepemimpinan. Penyair menyalahkan pemimpin yang terlalu fokus pada keuntungan pribadi dan kepentingan politik, sementara rakyat terpinggirkan dan menderita.

Harapan akan Perubahan dan Kesejahteraan: Meskipun penuh dengan kekecewaan dan kritik, puisi ini juga mengandung harapan akan perubahan yang lebih baik. Penyair mengajak pemerintah untuk memberikan keadilan, kesempatan kerja, dan kebebasan yang seharusnya dinikmati oleh setiap warga negara.

Puisi "Elegia Ibu Kota" adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kondisi sosial dan politik yang memprihatinkan di ibu kota. Dengan bahasa yang lugas dan puitis, Aldian Aripin menyampaikan kritik yang tajam terhadap kebijakan pemerintah dan tuntutan akan keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya kepemimpinan yang bertanggung jawab dan peka terhadap kebutuhan dan aspirasi rakyat.

"Puisi: Elegia Ibu Kota (Karya Aldian Aripin)"
Puisi: Elegia Ibu Kota
Karya: Aldian Aripin
© Sepenuhnya. All rights reserved.