Puisi: Malam Itu Kami di Sana (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Malam Itu Kami di Sana" karya Sapardi Djoko Damono penuh dengan nuansa misteri dan keraguan. Melalui penggunaan gambaran malam dan ....
Malam Itu Kami di Sana

"Kenapa kaubawa aku ke mari, Saudara?"; sebuah stasiun
di dasar malam. Bayang-bayang putih di sudut peron
menyusur bangku-bangku panjang; jarum-jarum jam tak letihnya
meloncat, merapat ke Sepi. Barangkali saja

kami sedang menanti kereta yang biasa tiba
setiap kali tiada seorang pun siap memberi tanda-tanda;
barangkali saja kami sekedar ingin berada di sini
ketika tak ada yang bergegas, yang cemas, yang menanti-nanti;

hanya nafas kami, menyusur batang-batang rel, mengeras tiba-tiba;
sinyal-sinyal kejang, lampu-lampu kuning yang menyusut di udara
sementara bayang-bayang putih di seluruh ruangan,
"Tetapi katakan dahulu, Saudara, kenapa kaubawa aku kemari?"

1970

Sumber: Hujan Bulan Juni (1994)

Analisis Puisi:
Puisi "Malam Itu Kami di Sana" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan nuansa misteri dan keraguan. Melalui penggunaan gambaran malam dan stasiun sebagai latar belakang, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehadiran, penantian, dan keraguan dalam kehidupan manusia.

Makna dan Isi Puisi: Puisi ini menggambarkan suasana di sebuah stasiun pada malam hari. Pertanyaan "Kenapa kaubawa aku ke mari, Saudara?" yang diucapkan oleh narator menunjukkan kebingungan dan keraguan atas keadaan yang tak terduga. Stasiun malam yang dijelaskan dengan bayang-bayang putih dan bangku-bangku panjang menciptakan suasana misterius dan gelap.

Penggunaan "kami" dalam puisi ini mengindikasikan adanya beberapa orang yang berkumpul di stasiun malam. Mereka berada di sana tanpa alasan yang jelas, menunggu dengan ketenangan, dan merenung tentang situasi yang mereka hadapi.

Tema dan Interpretasi: Puisi ini menggambarkan tema penantian dan keraguan. Para tokoh dalam puisi, yang mungkin mencerminkan manusia pada umumnya, tampaknya berada dalam kondisi di mana mereka merasa tak memiliki kendali atas situasi. Mereka menunggu tanpa alasan yang jelas, dan dalam ketidakpastian itu, keraguan mulai timbul.

Dalam suasana malam yang gelap dan misterius, puisi ini mendorong pembaca untuk merenungkan kehadiran manusia dalam dunia yang kadang-kadang penuh dengan tanda tanya. Penggunaan stasiun sebagai latar belakang juga mengilustrasikan perjalanan hidup manusia yang penuh dengan perhentian, penantian, dan pertanyaan-pertanyaan tentang arah dan tujuan.

Bahasa dan Gaya Sastra: Penulis menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh dengan makna. Penggunaan "Saudara" sebagai panggilan dalam puisi ini dapat memiliki makna yang lebih dalam, mungkin merujuk pada kekuatan atau entitas yang lebih besar.

Gaya bahasa deskriptif dalam menjelaskan suasana stasiun dan suasana malam menciptakan citra yang jelas dan intens. Hal ini memungkinkan pembaca merasakan ketidakpastian dan keraguan yang dirasakan oleh para tokoh dalam puisi.

Puisi "Malam Itu Kami di Sana" karya Sapardi Djoko Damono mengajak pembaca untuk merenungkan tentang penantian, keraguan, dan kehadiran dalam kehidupan manusia. Melalui gambaran malam dan stasiun, puisi ini menciptakan suasana misterius yang mengundang pembaca untuk berpikir lebih dalam tentang makna dan tujuan dalam situasi yang tidak selalu terang-benderang.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Malam Itu Kami di Sana
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.