Puisi: Proposal Politik untuk Polisi (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Proposal Politik untuk Polisi" mengajak pembaca untuk merenung, membaca ulang, dan menciptakan bahasa baru untuk menghadapi tantangan zaman.
Proposal Politik untuk Polisi


"Toean-toean, saja mendjamin bahwa pemerintahan kita 
tidak lagi popoeler, baik di antara rakjat ketjil maoepoen
 
pedjabat boemiputra rendahan ataoe pedjabat tinggi …
 
rasa tidak puas jang merebak, baik di kalangan para bang
sawan maoepoen rakjat djelata, terhadap bagaimana tjara
 
pemerintah dikelola dan keadilan ditegakkan. Sedjak akhir 
1900, muntjul sematjam gerakan terorisme … ataoepoen
 
gerakan perlawanan terhadap pemerintah. Tampaknja di
 
pusat birokrasi pemerintahan tidak memahami makna ini
 
semua." (P.J.F. van Heutsz, 1904-06)

Aku dilanda kedatangan diriku sendiri, di sana dan di sini. Melihat
 kegagalan yang terus-terang di setiap yang kuciptakan. Antara
 
mesin-mesin dan sistem dalam lubang kesunyian, pembelian dan
 
penjualan yang saling membuang. Hiburan dan barang-barang
 
yang dibeli di sana dan di sini. Kenangan dalam puing-puing
 
perubahan. Sisa-sisa hutang dalam peti mati tak terkunci. Pidato
 
musim hujan di semua saluran keadilan yang tenggelam. Tanah
 
dan suara api di atas meja makan. Kau dan aku berdiri di sini. 
Tetapi tidak pernah berdiri bersama.

Aku memotret telapak tanganku sendiri, seperti memotret sebuah
 kepulauan terbuat dari bubur kertas. Pengeluaran terus-menerus
 
di sana dan di sini, lebih panjang dari jalan yang kulalui ke depan 
dan ke belakang. Suara gesekan butir-butir beras dalam panci, 
seperti data-data ekonomi yang kehilangan mesin hitung. Hatiku
 
tenggelam dalam permainan sejarah dan baju untuk masuk surga.
 
Laporan keuangan yang berjalan-jalan di akhir tahun. Daya hidup
 
yang menjadi puing-puing dalam perdagangan ilmu pengetahuan, 
data-data di sana dan di sini. Kesehatan yang diramalkan vitamin C 
dan sikat gigi. Aku dilanda kedatangan diriku sendiri, 
untuk membeli kesunyian, udara bersih dan lapangan
 
kerja.

Tuan-tuan, bisakah kegagalan dipotret, untuk melihat 
bagaimana caranya kita tertawa dan tersenyum. 
Bisakah kita memotret sikat gigi di tengah puing-
puing daya hidup yang terus digempur dari sana dan
 
dari sini. Daya hidup yang menjadi mainan pendaya
gunaan kekerasan. Laporan pertumbuhan penduduk 
yang menjadi api pada jam makan malam kita.

Tuan-tuan, bisakah kita membaca sekali lagi, dari 
huruf-huruf tak bermakna. Dan mereka menciptakan 
bahasa, dari setiap kegagalan, dari setiap sejarah luka
 
di sana dan di sini, dari dansa perpisahan di malam
 
minggu. Berdirilah kita di sini, seperti tanaman yang 
menunggu tukang kebun. Tidak membiarkan sebuah 
kepulauan menjadi saluran got bersama.

Tuan-tuan. Di sana dan di sini. Musim hujan yang 
telah berwarna biru di kotamu.

Sumber: Museum Penghancur Dokumen (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Proposal Politik untuk Polisi" karya Afrizal Malna merupakan karya sastra yang sarat dengan pesan kritis terhadap kondisi sosial dan politik. Dengan bahasa yang khas dan imajinatif, penyair menciptakan sebuah narasi yang melibatkan pembaca untuk merenungkan kegagalan sistem, ketidakpuasan masyarakat, dan kompleksitas kehidupan di era kontemporer.

Kritik terhadap Pemerintahan: Puisi ini dimulai dengan kutipan dari P.J.F. van Heutsz pada tahun 1904-06, yang menyoroti ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan. Ini menunjukkan bahwa permasalahan dan ketidakpuasan terhadap pemerintahan bukanlah sesuatu yang baru, tetapi telah terjadi sejak lama.

Kesendirian dan Kegagalan Pribadi: Penyair menyampaikan perasaan kesendirian dan kegagalan pribadinya dalam konteks yang lebih luas. Penggambaran diri sebagai kepulauan terbuat dari bubur kertas menciptakan gambaran kesendirian dan ketidakberdayaan di tengah kehidupan modern yang penuh dengan hiruk-pikuk.

Ketidakbersamaan: Puisi menyentuh tema ketidakbersamaan antara individu, sistem, dan kehidupan sehari-hari. Meskipun kita ada di tempat yang sama, kita tidak pernah benar-benar bersatu. Ini mencerminkan realitas sosial di mana manusia hidup terpisah-pisah, terisolasi meskipun hidup dalam masyarakat yang padat.

Puisi sebagai Media untuk Merefleksikan Kegagalan: Penyair menggunakan puisi sebagai medium untuk merefleksikan kegagalan dan kehancuran yang terus menerus terjadi. Penggunaan gambaran seperti telapak tangan dan kepulauan terbuat dari bubur kertas mengekspresikan ketidakmampuan manusia untuk mengatasi tantangan dan menciptakan perubahan positif.

Kegagalan dalam Perdagangan dan Kesehatan: Puisi membahas kegagalan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam perdagangan dan kesehatan. Gambaran puing-puing perdagangan ilmu pengetahuan dan laporan pertumbuhan penduduk yang menjadi api pada jam makan malam menggambarkan kerusakan yang dihasilkan oleh kebijakan dan praktik yang tidak berkelanjutan.

Permintaan untuk Membaca Ulang dan Menciptakan Bahasa Baru: Penyair mengajukan permintaan untuk membaca ulang huruf-huruf tak bermakna, menciptakan bahasa baru dari kegagalan dan luka sejarah. Hal ini menciptakan gambaran bahwa pemahaman ulang terhadap masa lalu dapat membuka jalan menuju pemahaman baru dan perubahan positif di masa depan.

Kritik terhadap Kekerasan dan Pertumbuhan Penduduk: Penyair menyelipkan kritik terhadap kekerasan dan pertumbuhan penduduk dalam puisi. Laporan pertumbuhan penduduk yang menjadi api pada jam makan malam menggambarkan ironi dari upaya pembangunan yang tidak selaras dengan kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat.

Gambaran Alam: Puisi menyajikan gambaran musim hujan yang berwarna biru sebagai latar belakang untuk keseluruhan narasi. Gambaran alam ini dapat diartikan sebagai simbol keberagaman dan keindahan yang harus dijaga dan dilestarikan.

Puisi "Proposal Politik untuk Polisi" adalah puisi yang penuh dengan kritik sosial dan politik. Afrizal Malna berhasil menciptakan narasi yang kompleks dan penuh makna, merangkai kata-kata dengan cermat untuk menyampaikan pesan-pesan yang mendalam tentang kondisi masyarakat dan kehidupan kontemporer. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung, membaca ulang, dan menciptakan bahasa baru untuk menghadapi tantangan zaman.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Proposal Politik untuk Polisi
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.