bernyanyi, bernyanyi, burung-burung ajal yang membuat
sarang pada jalan-jalan raya kehidupan. Nyanyian hidup yang
menyiksaku tak habis malam tak habis siang bernyanyi.
Ibu yang dari segala ibu yang menyimpan kematian dalam
daging-daging sunyiku, anak yang dari segala anak yang
menyimpan kematian dalam sunyi urat-urat kelaminku, men
jamah keganasan dalam gairah matahari yang membakar
tanah jadi alam terbuka dalam tubuhku. Mimpi itu telah
bangun menjadi menara daging yang terendam dalam rumput-
rumput yang bangkit memuja manusia, m
embangun, membangun, dan dengan kapal daging-daging
manusia, aku putar bumi ini di tengah-tengah udara yang
penuh dengan racun-racun kekuasaan. Bernyanyilah orang-
orang bersama suara-suara kubur yang mencengkeram langit,
dan aku cat bumi ini dengan darahku.
Aku jadi manusia.
Segalanya menderas ke jalan-jalan mimpiku, senjata-senjata
menderu menyiksa pohon, menyiksa tanah, menyiksa langit. G
airah matahari menderu tak habis malam tak habis siang. P
adaku dalam dada yang terbongkar, menyeru tak habis ber
juta dunia.
Aku hidup.
Sumber: Abad yang Berlari (1984)
Catatan:
Puisi ini pernah muncul di Horison edisi Januari, 1986 dengan judul Prosa Hitam Kematian Orang-Orang.
Puisi: Prosa Hitam Pasar Orang-Orang
Karya: Afrizal Malna
Biodata Afrizal Malna:
- Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.