Puisi: Sebuah Pintu di Depan Pintu (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Sebuah Pintu di Depan Pintu" menghadirkan gambaran yang sarat akan kebingungan identitas dan kekacauan kehidupan modern.
Sebuah Pintu di Depan Pintu

Aku seorang prajurit yang tidak mengenal
siapa komandanku
aku hanya menerima perintah
“Rapat ke B rapat ke A. Rapat.
kau adalah A atau B di antara C”

– Sebuah ledakan di kampung melayu
– Sebuah pameran evolusi busana
Pidato kebudayaan tentang bintang mati
– Silsilah keluarga, bantu rumah sakit
– Peternakan ayam untuk konsumsi kota

Kau adalah A dengan wajah anti A
susunlah B dan C sebagai A dan tak tahu
mereka adalah A. Ciptakan D sebagai lawan A
untuk menyaring seluruh anti A
targetnya: A adalah B

Aku adalah A bukan B setelah C
intinya “ABC” tutup semua jendela. Tutup
semua pintu. Tutup hantu etimologi
topeng alfabet dalam viral riwayatmu.

Sumber: Buka Pintu Kiri (2018)

Analisis Puisi:

Puisi "Sebuah Pintu di Depan Pintu" karya Afrizal Malna adalah sebuah karya yang sarat dengan gambaran-gambaran kiasan dan refleksi tentang identitas, perintah, dan kompleksitas kehidupan modern.

Identitas dan Perintah: Puisi ini dibuka dengan gambaran seorang prajurit yang tidak mengenal komandannya tetapi hanya menerima perintah-perintah. Ini dapat diartikan sebagai representasi dari individu yang kehilangan identitasnya dalam masyarakat yang diatur oleh aturan dan perintah yang tidak jelas.

Gambaran Kehidupan Modern: Melalui serangkaian perintah yang diberikan, penyair menciptakan gambaran tentang kehidupan modern yang rumit dan penuh dengan tuntutan yang beragam. Perintah-perintah tersebut mencakup berbagai kegiatan mulai dari rapat, ledakan, pameran busana, pidato kebudayaan, hingga bantuan rumah sakit dan peternakan ayam. Ini mencerminkan kompleksitas dan kekacauan dunia kontemporer.

Kompleksitas Identitas: Penyair mengeksplorasi tema identitas dalam konteks yang kompleks. Konsep identitas (A, B, C) dipertanyakan dan disusun kembali, menghasilkan gambaran yang ambigu tentang siapa yang sebenarnya menjadi apa. Hal ini mencerminkan kebingungan individu dalam menentukan identitasnya di tengah beragam peran dan tuntutan sosial.

Pemberontakan Terhadap Konvensi: Dalam penggunaan bahasa dan struktur puisi, Afrizal Malna tampak menolak konvensi-konvensi sastra yang konvensional. Ia memainkan kata-kata dan membingungkan struktur kalimat, menciptakan ketidakjelasan yang mencerminkan ketidakpastian dan kebingungan subjek puisi.

Penolakan Terhadap Norma: Puisi ini juga mengandung unsur penolakan terhadap norma-norma yang mengikat. Penyair menyerukan penutupan terhadap segala sesuatu yang konvensional, termasuk jendela, pintu, dan bahkan etimologi. Ini mungkin merupakan seruan untuk membebaskan diri dari belenggu-benggu norma sosial dan linguistik.

Puisi "Sebuah Pintu di Depan Pintu" adalah sebuah puisi yang kompleks dan menggugah pemikiran, yang menghadirkan gambaran yang sarat akan kebingungan identitas dan kekacauan kehidupan modern. Dengan penggunaan bahasa yang berani dan struktur yang tidak konvensional, Afrizal Malna mengajak pembaca untuk merenungkan makna dari kebingungan dan ketidakpastian dalam dunia yang terus berubah.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Sebuah Pintu di Depan Pintu
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.