Puisi: Cita-Cita (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Cita-Cita" mengajak pembaca untuk merenung tentang arti sejati dari cita-cita dan nilai-nilai kehidupan yang sebenarnya penting.
Cita-Cita

Setelah punya rumah, apa cita-citamu?
Kecil saja: ingin sampai rumah
saat senja supaya saya dan senja sempat
minum teh bersama di depan jendela.

Ah, cita-cita. Makin hari kesibukan
makin bertumpuk, uang makin banyak
maunya, jalanan macet, akhirnya
pulang terlambat. Seperti turis lokal saja,
singgah menginap di rumah sendiri
buat sekedar melepas penat.

Terberkatilah waktu yang dengan tekun
dan sabar membangun sengkarut tubuhku
menjadi rumah besar yang ditunggui
seorang ibu. Ibu waktu berbisik mesra,
"Sudah kubuatkan sarang senja
di bujur barat tubuhmu. Senja sedang
berhangat-hangat di dalam sarangnya."

2003

Sumber: Baju Bulan (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Cita-Cita" karya Joko Pinurbo merupakan penggambaran sederhana namun mendalam tentang arti sejati dari cita-cita.

Cita-Cita yang Sederhana: Puisi ini dibuka dengan pertanyaan sederhana tentang cita-cita setelah memiliki rumah. Joko Pinurbo menggunakan keinginan kecil yang dapat diidentifikasi oleh setiap pembaca sebagai titik awal refleksi tentang apa yang benar-benar penting dalam kehidupan.

Minum Teh Bersama Senja: Imajinasi tentang minum teh bersama senja di depan jendela menciptakan gambaran kedamaian dan keindahan sederhana. Ini menyoroti nilai-nilai kecil namun berharga dalam kehidupan sehari-hari yang seringkali terabaikan.

Kritik terhadap Kesibukan dan Kehidupan Kota: Penyair mengkritik kesibukan yang semakin bertumpuk di kehidupan perkotaan, diwakili oleh jalanan macet dan pulang terlambat. Ini mencerminkan realitas kehidupan modern yang kadang-kadang mengabaikan nilai-nilai kehidupan pribadi dan kesederhanaan.

Rumah sebagai Tempat Perlindungan: Rumah di sini bukan hanya bangunan fisik, tetapi juga melambangkan keberadaan seorang ibu. Ibu dianggap sebagai pelindung yang tekun dan sabar, membangun "sengkarut tubuhku menjadi rumah besar." Ini menciptakan gambaran kehangatan dan kasih sayang di rumah.

Sarang Senja: Penutup puisi menghadirkan gambaran metaforis tentang "sarang senja di bujur barat tubuhmu." Sarang senja menciptakan kesan kerukunan dan ketenangan di akhir hari, menghubungkan diri dengan keindahan alam dan kelembutan waktu senja.

Pesan Filosofis: Puisi ini menyampaikan pesan filosofis tentang pentingnya menghargai keindahan kehidupan sehari-hari dan hubungan personal yang hangat, yang terkadang terlupakan dalam pengejaran kesuksesan materi dan kehidupan kota yang sibuk.

Puisi "Cita-Cita" adalah puisi yang sederhana namun sarat makna, mengajak pembaca untuk merenung tentang arti sejati dari cita-cita dan nilai-nilai kehidupan yang sebenarnya penting. Joko Pinurbo menggunakan bahasa yang ringan namun penuh makna untuk menyampaikan pesannya dengan indah dan mendalam.

Puisi: Cita-Cita
Puisi: Cita-Cita
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.