Puisi: Stasiun (Karya Mustofa Bisri)

Puisi "Stasiun" karya Mustofa Bisri menyajikan berbagai nuansa dan emosi yang terkait dengan proses menunggu dan perasaan rindu.
Stasiun


Kereta rinduku datang menderu
gemuruhnya meningkahi gelisah dalam kalbu
membuatku semakin merasa terburu-buru
tak lama lagi bertemu, tak lama lagi bertemu.

Sudah kubersih-bersihkan diriku
sudah kupatut-patutkan penampilanku
tetap saja dada digalau rindu
sabarlah rindu, tak lama lagi bertemu.

Tapi sekejap terlena
stasiun persinggahan pun berlalu
meninggalkanku sendiri lagi
termangu.


Sumber: Negeri Daging (2002)

Analisis Puisi:
Puisi "Stasiun" karya Mustofa Bisri adalah penggambaran perasaan seseorang yang menunggu dengan rindu dan gelisah di sebuah stasiun kereta. Melalui bahasa yang sederhana dan deskriptif, puisi ini menyajikan berbagai nuansa dan emosi yang terkait dengan proses menunggu dan perasaan rindu.

Gambaran Keberangkatan: Puisi ini menggambarkan momen sebelum keberangkatan kereta. Kereta rindu digambarkan mendekat dengan deru dan gemuruh, menciptakan nuansa kegembiraan dan antisipasi.

Emosi Rindu: Puisi ini menciptakan atmosfer emosional yang kental terkait rindu. Kata-kata seperti "rindu," "gelisah," dan "merasa terburu-buru" menyoroti perasaan penantian dan hasrat untuk bertemu dengan seseorang yang dicintai.

Persiapan dan Keinginan: Dalam upayanya untuk menyambut kereta rindu, narator telah mempersiapkan diri secara fisik dan penampilan. Hal ini mencerminkan keinginan untuk memberikan kesan yang baik saat bertemu dengan seseorang yang dinanti.

Kehampaan Stasiun: Namun, ketika stasiun persinggahan berlalu dengan cepat, narator merasa terluka dan ditinggalkan sendirian lagi. Ini mengekspresikan perasaan kesepian dan ketidakpastian yang seringkali terjadi ketika menunggu seseorang yang tidak datang.

Tema Rindu dan Kehampaan: Puisi ini secara keseluruhan menggambarkan tema rindu, antisipasi, dan ketidakpastian dalam hubungan manusia. Meskipun ada kegembiraan dalam menunggu pertemuan, perasaan kecewa dan kesepian dapat muncul saat harapan tidak terpenuhi.

Puisi "Stasiun" menggambarkan perasaan rindu dan harapan yang seringkali melibatkan proses penantian. Dalam cerita naratifnya yang sederhana, puisi ini menangkap nuansa emosional yang kompleks yang terkait dengan hubungan manusia dan pengalaman menunggu.

Mustofa Bisri
Puisi: Stasiun
Karya: Mustofa Bisri (Gus Mus)

Biodata Mustofa Bisri:
  • Dr. (H.C.) K.H. Ahmad Mustofa Bisri (sering disapa Gus Mus) lahir pada anggal 10 Agustus 1944 di Rembang. Ia adalah seorang penyair yang cukup produktif yang sudah menerbitkan banyak buku.
  • Selain menulis puisi, Gus Mus juga menulis cerpen dan esai-esai keagamaan. Budayawan yang satu ini juga merupakan seorang penerjemah yang handal.
  • Gus Mus adalah seorang kiai yang memiliki banyak profesi, termasuk pelukis kaligrafi dan bahkan terlibat dalam dunia politik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.