Puisi: Di Sebuah Halte Bis (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Di Sebuah Halte Bis" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan kompleksitas hubungan antara individu dengan lingkungannya dan bagaimana ...
Di Sebuah Halte Bis

    Hujan tengah malam membimbingmu ke sebuah halte bis dan membaringkanmu di sana. Kau memang tak pernah berumah, dan hujan tua itu kedengaran terengah batuk-batuk dan tampak putih.
    Pagi harinya anak-anak sekolah yang menunggu di halte bis itu melihat bekas-bekas darah dan mencium bau busuk. Bis tak kunjung datang. Anak-anak tak pernah bisa sabar menunggu. Mereka menjadi kesal dan, bagai para pemabuk, berjalan sempoyongan sambil melempar-lemparkan buku dan menjerit-jerit menyebut-nyebut namamu.

1974

Sumber: Horison (Mei, 1976)

Analisis Puisi:

Puisi "Di Sebuah Halte Bis" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya yang menyentuh dan menggugah perasaan. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan suasana di sebuah halte bis di tengah hujan tengah malam dan bagaimana hal itu mempengaruhi kehidupan para pelancong dan anak-anak sekolah yang menunggu.

Suasana Hujan Tengah Malam: Puisi ini dibuka dengan gambaran suasana hujan tengah malam yang membimbing seseorang ke sebuah halte bis. Hujan di sini mungkin menjadi metafora atas kesendirian dan kehampaan yang dirasakan oleh individu tersebut. Gambaran hujan tua yang kedengaran terengah batuk-batuk dan tampak putih menimbulkan atmosfer yang suram dan melankolis.

Kehadiran Anak-Anak Sekolah: Pagi harinya, suasana di halte bis berubah ketika anak-anak sekolah mulai berkumpul. Mereka menunggu bis namun tak kunjung datang. Bekas-bekas darah dan bau busuk di sekitar halte menimbulkan kegelisahan dan ketidaknyamanan. Ini menciptakan gambaran ketegangan dan kegelisahan yang mendalam dalam kehidupan sehari-hari.

Kesabaran dan Kesalahan Anak-Anak Sekolah: Anak-anak sekolah, yang seharusnya menjadi lambang kepolosan dan harapan, menjadi kesal dan gelisah karena bis tak kunjung datang. Mereka kehilangan kesabaran dan menjadi marah, melemparkan buku dan berteriak-teriak dengan kesalahan menyeret nama individu yang tak ada hubungannya. Gambaran ini menggambarkan kerentanan dan kecemasan yang dirasakan oleh anak-anak di tengah ketidakpastian.

Perasaan Kesepian dan Tidak Diterima: Puisi ini juga menggambarkan perasaan kesepian dan ketidakditerimaan yang mungkin dialami oleh individu yang ditinggalkan di halte bis. Ketidaksabaran dan kemarahan anak-anak sekolah mungkin mencerminkan kekerasan dan kebingungan dalam kehidupan sehari-hari, serta ketidakmampuan untuk mengatasi masalah dengan cara yang lebih konstruktif.

Puisi "Di Sebuah Halte Bis" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah refleksi tentang kesendirian, ketidakpastian, dan kegelisahan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan gambaran yang mendalam dan melankolis, penyair menggambarkan kompleksitas hubungan antara individu dengan lingkungannya dan bagaimana kondisi eksternal dapat memengaruhi kondisi emosional seseorang. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perasaan-perasaan yang terkandung dalam situasi yang sulit dan untuk lebih memahami kompleksitas kehidupan manusia.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Di Sebuah Halte Bis
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.