Puisi: Bilakah Kau Akan Melintas di Depanku (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Bilakah Kau Akan Melintas di Depanku" menggambarkan perasaan sulit dan kesedihan yang dalam karena harapan yang terus-menerus tidak ...
Bilakah Kau Akan Melintas di Depanku


Kutunggu-tunggu kau melintas di depanku
Begitu benarkah lamanya
Sangat ingin aku menegurmu dalam sapa
Tingkap angin makin ungu dalam nestapa

Fajar pun yang tak kunjung teraih
Begitu benarkah sukarnya
Kemarauku menggigil dalam nyala
Musim tempat berbagi yang perih

Tanganku inikah tangan dukana
Menjulur-julur dari kemah berkibar badai
Suara tanah yang hama sepanjang bencana
Warna papa tergapai, sapuan tak sampai-sampai

Kutunggu-tunggu kau melintas di depanku
Begitu benarkah jarak zamannya
Sangat ingin aku menyapamu dalam tegur
Dan kau balas dengan senyum menghibur.


1963

Sumber: Tirani dan Benteng (1993)

Analisis Puisi:
Puisi "Bilakah Kau Akan Melintas di Depanku" karya Taufiq Ismail mengekspresikan rasa penantian yang tak kunjung berujung, harapan yang tak terpenuhi, dan kerinduan yang membeku di dalam hati. Taufiq Ismail membawa pembaca ke dalam suasana penantian yang panjang dan mendalam dengan kecepatan emosi yang tidak stabil.

Rasa Penantian dan Kerinduan: Puisi ini memulai dengan ungkapan tunggu yang mengekspresikan kegelisahan dan ketidakpastian atas kehadiran yang diharapkan. Penyair menyoroti lamanya rindu yang terpendam, menggambarkan kesabaran yang sedang diuji.

Perasaan Sulit dan Kecewa: Puisi ini menciptakan kontras antara apa yang diharapkan dan kenyataan yang tak terwujud. Bayangan fajar yang tak kunjung teraih dan kemarau yang menggigil menunjukkan bahwa harapan dan impian sulit diwujudkan.

Keputusasaan dan Kegelisahan: Ada kesan keputusasaan dan kesedihan yang dalam karena harapan yang terus-menerus tidak terpenuhi. Ketidakpastian dan jarak yang semakin terasa membuat penyair merasa sedih dan cemas.

Rintihan dalam Kerinduan: Terdapat ungkapan rintihan di dalam puisi ini, terutama saat penyair menjulurkan tangannya dan menyuarakan suara tanah yang hampa dan keinginannya yang tidak terpenuhi. Sapuan tak sampai menunjukkan perasaan putus asa akan realisasi dari apa yang diharapkan.

Harapan dan Senyum Palsu: Penyair merindukan momen ketika harapannya terkabul, dan orang yang ia tunggu-tunggu akhirnya melintas di depannya. Namun, harapannya dikontraskan dengan senyum palsu yang seolah memberi penghiburan semu.

Puisi "Bilakah Kau Akan Melintas di Depanku" adalah ungkapan kegelisahan, penantian yang tidak berujung, dan keputusasaan. Taufiq Ismail menggambarkan perasaan sulit dan kesedihan yang dalam karena harapan yang terus-menerus tidak terpenuhi, menciptakan suasana penantian yang tak kunjung berakhir.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Bilakah Kau Akan Melintas di Depanku
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.