Puisi: Ekspresi Sungai-Sungai (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Ekspresi Sungai-Sungai" karya Diah Hadaning merupakan sebuah refleksi mendalam tentang hubungan antara sungai-sungai dan manusia, serta ....
Ekspresi Sungai-Sungai
Bagi Sitras Anjilin Penari Lereng Merapi

Sungai-sungai tak lagi menyapamu
dengan beningnya yang santun dan haru
sementara bebatu berkilatan
oleh cahaya matahari dari celah hutan
kota-kota telah mengusung keriuhan
menciptakan muara-muaranya sendiri
berhulu layar kaca dari pagi ke pagi.

Tapi sungai yang mengalir di lorong itu
masih setia simpan bayang kabut dan kilau embun
kulihat engkau masih menembang dan menari,
kakang Sitras Anjilin
kulihat engkau masih mengukir dan bertani
di tanganmu hidup bukan keluhan
topeng-topeng bukan kedustaan
sementara manusia terus menarikan karmawibhangga
engkau dan kerabatmu menarikan kehidupan.

Di lerengmu hidup tak dipelajari dari buku
di lerengmu hidup ekspresi sungai-sungai
segala benih cinta anak manusia menumbuhkan dharma
dan aku mendengar suara gamelan itu, 
kakang Sitras Anjilin
irama kasih sayang bumi dan langit
Merapi tetap wingit
beri bara di jiwamu tetap bangkit.

Bogor, Maret 1996

Analisis Puisi:
Puisi "Ekspresi Sungai-Sungai" karya Diah Hadaning merupakan sebuah refleksi mendalam tentang hubungan antara sungai-sungai dan manusia, serta pengaruh urbanisasi terhadap alam dan budaya tradisional.

Hubungan Manusia dan Sungai-Sungai: Puisi ini membawa pembaca pada sebuah perenungan tentang hubungan antara manusia dan sungai-sungai. Awalnya, sungai-sungai disajikan sebagai entitas yang menyapa dengan kelembutan dan kedamaian, namun perlahan keberadaannya berubah akibat urbanisasi dan modernisasi.

Perubahan Lingkungan Akibat Modernisasi: Diah Hadaning menggambarkan perubahan yang terjadi pada sungai-sungai akibat kemajuan kota dan modernisasi. Sungai-sungai yang dulunya tenang dan jernih, kini telah dipengaruhi oleh keriuhan kota dan teknologi, tercermin dari "muara-muara sendiri" yang diciptakan oleh kota.

Kebijakan Lingkungan dan Dampaknya pada Sungai: Puisi ini juga menyuarakan keprihatinan terhadap sungai-sungai yang terus menerima dampak negatif dari kebijakan lingkungan yang kurang ramah terhadap alam. Namun, di tengah-tengah semua perubahan tersebut, ada sungai di "lorong itu" yang masih setia menyimpan keindahan dan keaslian alam.

Ekspresi Kehidupan Tradisional: Penyair merayakan kehidupan tradisional yang tetap hidup di sekitar sungai-sungai, seperti pengukiran dan pertanian yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Mereka hidup dengan ekspresi sungai-sungai, mengikuti ritme alam dan budaya tradisional mereka sendiri.

Keberanian dan Kekuatan Alam: Penutup puisi ini menggambarkan keberanian dan kekuatan alam yang abadi, terutama melalui metafora Merapi yang tetap gagah di tengah-tengah segala perubahan. Merapi tidak hanya menjadi simbol keteguhan, tetapi juga pengingat akan kekuatan alam yang tak terkalahkan.

Melalui puisi "Ekspresi Sungai-Sungai", Diah Hadaning mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan yang kompleks antara manusia dan alam, serta pentingnya melestarikan nilai-nilai tradisional di tengah arus modernisasi. Puisi ini menjadi sebuah refleksi tentang perubahan lingkungan dan pentingnya menjaga keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian alam serta budaya tradisional.

"Puisi: Ekspresi Sungai-sungai (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Ekspresi Sungai-Sungai
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.