Puisi: Gerimis Jatuh (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Gerimis Jatuh" karya Sapardi Djoko Damono menciptakan atmosfer melankolis yang memungkinkan pembaca merenungkan perasaan kesepian dan ...
Gerimis Jatuh
(kepada: arifin c. noer)

Gerimis jatuh kaudengar suara di pintu
bayang-bayang angin berdiri di depanmu
tak usah kauucapkan apa-apa; seribu kata
menjelma malam, tak ada yang di sana

tak usah; kata membeku, detik
meruncing di ujung Sepi itu
menggelincir jatuh
waktu kaututup pintu. Belum teduh dukamu.

Sumber: Duka-Mu Abadi (1969)

Analisis Puisi:
Puisi "Gerimis Jatuh" karya Sapardi Djoko Damono adalah contoh puisi yang padat dan memuat banyak makna dalam beberapa baris. Meskipun singkat, puisi ini menggambarkan perasaan kesepian dan perpisahan.

Gambaran Cuaca: Puisi ini dimulai dengan menggambarkan cuaca, yaitu gerimis yang jatuh dan diikuti dengan suara di pintu. Cuaca sering digunakan dalam sastra sebagai metafora untuk menggambarkan perasaan karakter dalam puisi. Gerimis dapat mewakili suasana hati yang muram, sedih, atau melankolis.

Bayang-Bayang Angin: "Bayang-bayang angin berdiri di depanmu" adalah gambaran visual yang kuat. Ini bisa diartikan sebagai perasaan seseorang yang merasa sendirian dan kehilangan, seperti bayangan yang ada tanpa ada wujud fisiknya. Bayangan juga bisa mencerminkan sesuatu yang tidak pasti atau tidak jelas.

Kata-Kata yang Beku: Puisi ini menyoroti keheningan dan kesunyian dengan mengatakan "tak usah kauucapkan apa-apa; seribu kata menjelma malam, tak ada yang di sana." Kata-kata yang tak terucapkan atau yang "membeku" mencerminkan ketidakmampuan untuk mengungkapkan perasaan atau pemahaman antara dua individu. Ini juga dapat menggambarkan kesulitan dalam berkomunikasi.

Sepi: Kata "Sepi" yang dimunculkan di dalam puisi merupakan simbol keheningan dan kesendirian. Sepi adalah tema yang sering muncul dalam puisi Sapardi Djoko Damono, dan dalam puisi ini, ia digunakan untuk menggambarkan perasaan kesepian yang mendalam.

Pintu yang Ditutup: Puisi ini berakhir dengan pernyataan, "waktu kaututup pintu. Belum teduh dukamu." Pintu yang ditutup bisa melambangkan perpisahan atau penutupan pada sesuatu yang telah berakhir. Kata-kata "belum teduh dukamu" menggambarkan perasaan kesedihan yang masih berlanjut meskipun waktu telah berjalan.

Puisi "Gerimis Jatuh" adalah contoh puisi yang singkat namun sarat dengan makna emosional. Ia menciptakan atmosfer melankolis yang memungkinkan pembaca merenungkan perasaan kesepian dan perpisahan. Ini juga menunjukkan keahlian Sapardi Djoko Damono dalam menggambarkan perasaan manusia dengan gaya yang sederhana namun mendalam.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Gerimis Jatuh
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.