Puisi: Periuk Cimanuk (Karya Kinanthi Anggraini)

Puisi: Periuk Cimanuk Karya: Kinanthi Anggraini
Periuk Cimanuk


Di sinilah percik panca tirta bermuara. dari Cirebon, Indramayu
dan Majalengka. tempat di mana bunga padi menemui rumput
berlanjut ke Sumedang hingga ke Garut.

Hamparan kiri dan kanan rapi tertata, sepanjang seratus delapan
puluh kilometer bentangnya, buah dari cahaya lembah bintang
timur. bangkit dari doa basah yang mengusur
dihangati nyala lampu air semesta. riuh kecipak riak di atas
batu purba. pelepas benih dahaga hijau persegi. meraih gelar
daerah utama penghasil bulir padi.

Sementara, kau terbaca di kertas basah milikku. Berawal dari
Aki Pengebon bekisah tentangmu
atas pertemuannya dengan abdi Mataram, saat sisik bulan
purnama mulai tenggelam, bernama Arif dan Arim Muhammad
pembawa pesan pangeran Tjakraningrat.

Hingga suatu saat ujian menerpa atas tabiat musim yang enggan
bijaksana. Gemar ingkar pada langit dan cuaca, menurunkan badai,
hingga genangan luas tercipta. Akan tetapi, pesan ini haruslah tiba
teruntuk Bupati Sumedang, Suradiwangsa.

Dan kedua abdipun bertanya, sungai apa gerangan tercipta
Aki Pengebonpun berkata: Inilah Sungai Cimanuk bernama.
Sembari melihat mata air dari pohon-pohon pesta. Serta kaki
gerimis burung manis berkicau di dahannya tempat di mana
benang jerami tumbuh menanti. Dengan semi bunga cempaka
di tiap tepi. Jua akar gelombang yang disembunyikan semanggi.

Rajin menukar warna kering, menjadi pelangi
dan akhirnya izinkan aku bercerita. Tentang kecipak air yang
selalu mengirim rasi bintang di ujung bulir padimu. Sembari
membelokkan warna bukit penuh pilu. Untuk tanda hujan di
seribu lembah. Untuk desir limpah aliran pembawa berkah.

Tak sadar, badanku telah basah oleh bulu embun rupawan
bersanding pohon tua yang telah dibangkitkan. Pagi ini
waduk Jatigedhe menjadi tujuan. Agar ujung periukmu,
lekas kutemukan.


Garut, 6 Oktober 2016

Sumber: Pelajaran Kincir Angin (2017)


Kinanthi Anggraini
Puisi: Periuk Cimanuk
Karya: Kinanthi Anggraini

Biodata Kinanthi Anggraini:
    Kinanthi Anggraini lahir pada tanggal 17 Januari 1989 di Magetan, Jawa Timur.

    Karya-karya Kinanthi Anggraini pernah dimuat di berbagai media massa lokal dan nasional, antara lain Horison, Media Indonesia, Indopos, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Basis, Sinar Harapan, Banjarmasin Post, Riau Pos, Lampung Post, Solopos, Bali Post, Suara Karya, Tanjungpinang Pos, Sumut Pos, Minggu Pagi, Bangka Pos, Majalah Sagang, Malang Post, Joglosemar, Potret, Kanal, Radar Banyuwangi, Radar Bojonegoro, Radar Bekasi, Radar Surabaya, Radar Banjarmasin, Rakyat Sumbar, Persada Sastra, Swara Nasional, Ogan Ilir Ekspres, Bangka Belitung Pos, Harian Haluan, Medan Bisnis, Koran Madura, Mata Banua, Metro Riau, Ekspresi, Pos Bali, Bong-Ang, Hayati, MPA, Puailiggoubat, Suara NTB, Cakrawala, Fajar Sumatera, Jurnal Masterpoem Indonesia, dan Duta Selaparang.

    Puisi-puisi Kinanthi Anggraini terhimpun di dalam buku Mata Elang Biru (2014) dan Bunga-Bunga Bunuh Diri di Babylonia (2018). Karya-karyanya juga diterbitkan dalam cukup banyak buku antologi bersama.

    Nama Kinanthi Anggraini tertulis dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia (2017).
    © Sepenuhnya. All rights reserved.