Puisi: Dendam Kesumat (karya Ijoel Anderline)

Puisi "Dendam Kesumat" mengingatkan pembaca akan bahaya dendam dan kebencian serta pentingnya perdamaian dan persatuan dalam masyarakat.
Dendam Kesumat

Dendam kesumat telah bertahta,
Lalu mereka berkoar meneriakkan keadilan...
Mencaci maki dengan dalih perjuangan,
Menghalalkan cara, bertindak semena-mena...

Demi harga diri perang ditabuh,
Siasat politik dibalut menawan...
Sumpah serapah disemburkan,
Menghujat kalimat antah berantah...

Darah mendidih gelapkan mata,
Dendam membakar, logika tak dihiraukan...
Kesombongan semakin merajalela,
Seolah merekalah yang paling suci...

Salam keperihatinan terucapkan,
Pada busa mulut yang berceceran...
Tertawalah dengan bunga kepuasan,
Sangkakala bertiup, api keabadian membakarmu...

Anak negeri damailah...
Demi kemaslahatan bersama...
Taburlah kebajikan, sudahi bermusuhan...
Hilangkan dendam sambil berjabat tangan...


Analisis Puisi:

Puisi "Dendam Kesumat" karya Ijoel Anderline menggambarkan konflik, kebencian, dan panggilan untuk perdamaian dalam masyarakat.

Penggambaran Dendam dan Keadilan: Puisi dimulai dengan gambaran dendam yang mendalam, yang "bertahta" dan memunculkan suasana kegelapan. Dendam di sini tidak hanya sebagai emosi individu, tetapi juga menjadi sosok yang memiliki kekuasaan yang maha kuat. Penggunaan kata "kesumat" menunjukkan bahwa dendam ini penuh dengan amarah dan kebencian.

Kritik terhadap Tindakan dan Perjuangan: Penyair mengkritik cara orang-orang mengungkapkan dendam mereka dengan mencaci maki dan menghalalkan segala cara demi perjuangan. Puisi menggambarkan bahwa dalam perjuangan, seringkali orang-orang kehilangan akal sehat dan moralitas.

Penggambaran Kebencian dan Kesombongan: Bahasa puisi mencatat bagaimana dendam dan kebencian menyebabkan mata menjadi gelap dan logika ditinggalkan. Kesombongan juga diungkapkan sebagai akibat dari dendam yang membara, dengan keyakinan bahwa sisi mereka adalah yang paling benar.

Panggilan untuk Perdamaian dan Persatuan: Meskipun puisi diwarnai dengan gambaran kegelapan dan kebencian, pada akhirnya ada panggilan untuk perdamaian dan persatuan. Penyair menyerukan kepada anak negeri untuk menemukan kedamaian bersama, meninggalkan konflik dan menggantinya dengan kebajikan dan kerjasama.

Simbolisme dan Metafora: Puisi ini menggunakan banyak simbolisme, seperti "busa mulut yang berceceran" yang mewakili kemarahan dan kebencian yang tidak terkendali. "Sangkakala" dan "api keabadian" menjadi metafora untuk akibat dari perbuatan-perbuatan yang penuh dengan dendam dan kebencian.

Puisi "Dendam Kesumat" karya Ijoel Anderline adalah puisi yang menggambarkan konflik sosial dan panggilan untuk perdamaian. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan gambaran yang tajam, puisi ini mengingatkan pembaca akan bahaya dendam dan kebencian serta pentingnya perdamaian dan persatuan dalam masyarakat.

"Puisi: Dendam Kusumat..."
Puisi: Dendam Kesumat
karya: Ijoel Anderline
© Sepenuhnya. All rights reserved.