Puisi: Perempuan yang Tergusur (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Perempuan yang Tergusur" karya W.S. Rendra menghadirkan gambaran mengenai perjuangan, ketidakadilan, dan daya tahan perempuan yang ....
Perempuan yang Tergusur


Hujan lebat turun di hulu subuh
disertai angin gemuruh
yang menerbangkan mimpi
yang lalu tersangkut di ranting pohon.

Aku terjaga dan termangu
menatap rak buku-buku
mendengar hujan menghajar dinding
rumah kayuku.
Tiba-tiba pikiran mengganti mimpi
dan lalu terbayanglah wajahmu,
wahai perempuan yang tergusur!

Tanpa pilihan
ibumu mati ketika kamu bayi
dan kamu tak pernah tahu siapa ayahmu.
Kamu diasuh nenekmu yang miskin di desa.
Umur enam belas kamu dibawa ke kota
oleh sopir taxi yang mengawinimu.
Karena suka berjudi
ia menambah penghasilan sebagai germo.

Ia paksa kamu jadi primadona pelacurnya.
Bila kamu ragu dan murung,
lalu kurang setoran kamu berikan,
ia memukul kamu babak belur.
Tapi kemudian ia mati ditembak tentara
ketika ikut demontrasi politik
sebagai demonstran bayaran.

Sebagai janda yang pelacur
kamu tinggal di gubuk tepi kali
di batas kota.
Gubernur dan para anggota DPRD
menggolongkanmu sebagai tikus got
yang mengganggu peradaban.
Di dalam hukum positif tempatmu tidak ada.
Jadi kamu digusur.

Di dalam hujan lebat pagi ini
apakah kamu lagi berjalan tanpa tujuan
sambil memeluk kantong plastik
yang berisi sisa hartamu?
Ataukah berteduh di bawah jembatan?

Impian dan usaha
bagai tata rias yang luntur oleh hujan
mengotori wajahmu.
kamu tidak merdeka.
Kamu adalah korban tenung keadaan.
Keadilan terletak di seberang highway yang berbahaya
yang tak mungkin kamu seberangi.

Aku tak tahu cara seketika untuk membelamu.
Tetapi aku memihak kepadamu.
Dengan sajak ini bolehkan aku menyusut keringat dingin
di jidatmu?

O, cendawan peradaban!
O, teka-teki keadilan!

Waktu berjalan satu arah saja.
Tetapi ia bukan garis lurus.
Ia penuh kelokan yang mengejutkan,
gunung dan jurang yang mengecilkan hati,
Setiap kali kamu lewati kelokan yang berbahaya
puncak penderitaan yang menyakitkan hati,
atau tiba di dasar jurang yang berlimbah lelah,
selalu kamu dapati kedudukan yang tak berubah,
ialah kedudukan kaum terhina.

Tapi aku kagum pada daya tahanmu,
pada caramu menikmati setiap kesempatan,
pada kemampuanmu berdamai dengan dunia,
pada kemampuanmu berdamai dengan diri sendiri,
dan caramu merawat selimut dengan hati-hati.

Ternyata di gurun pasir kehidupan yang penuh bencana
semak yang berduri bisa juga berbunga.
Menyaksikan kamu tertawa
karena melihat ada kelucuan di dalam ironi,
diam-diam aku memuja kamu di hati ini.


Cipayung Jaya, 3 Desember 2003

Sumber: Doa untuk Anak Cucu (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Perempuan yang Tergusur" karya W.S. Rendra adalah sebuah karya sastra yang menghadirkan gambaran mengenai perjuangan, ketidakadilan, dan daya tahan perempuan yang terpinggirkan dalam masyarakat. Puisi ini menggambarkan realitas kehidupan seorang perempuan yang mengalami berbagai kesulitan, serta mencerminkan perasaan simpati dan penghargaan penyair terhadap perjuangan dan ketahanannya.

Gambaran Alam dan Suasana: Puisi ini dimulai dengan gambaran cuaca yang buruk, dengan hujan lebat dan angin gemuruh, menciptakan suasana yang suram. Cuaca ini mencerminkan perasaan tegang dan tidak pasti yang mungkin dialami oleh perempuan yang tergusur.

Realitas Kehidupan yang Pahit: Puisi ini menggambarkan kehidupan yang keras dan tidak adil yang dialami oleh perempuan yang menjadi fokusnya. Dia mengalami banyak penderitaan, seperti kehilangan ibunya, pengalaman masa kecil yang sulit, pernikahan yang tidak diinginkan dengan sopir taksi, dan eksploitasi sebagai primadona pelacur.

Penindasan dan Diskriminasi: Penyair menyoroti ketidakadilan sosial dan diskriminasi yang dihadapi oleh perempuan ini. Dia digambarkan sebagai korban dari sistem yang tidak adil, di mana dia dianggap sebagai "tikus got" oleh pemerintah dan masyarakat.

Ketahanan dan Keberanian: Meskipun perempuan ini menghadapi berbagai rintangan dan ketidakadilan, dia tetap kuat dan berani. Dia memiliki kemampuan untuk menjalani kehidupan dengan keberanian dan ketahanan, meskipun dia berada dalam situasi yang sulit.

Kritik Terhadap Pemerintah dan Elite: Puisi ini juga menciptakan kritik terhadap pemerintah dan elit politik yang tidak memperhatikan nasib perempuan seperti yang digambarkan dalam puisi. Mereka tidak peduli dengan nasibnya dan menganggapnya sebagai gangguan.

Keindahan dalam Kekuatan dan Daya Tahan: Penyair mengagumi kekuatan dan daya tahan perempuan ini, bahkan dalam keadaan yang sulit. Keindahan sejati terletak dalam kemampuan perempuan ini untuk tetap tersenyum dan menemukan kelucuan dalam ironi kehidupan.

Pesan Simpati dan Penghargaan: Puisi ini adalah ungkapan simpati dan penghargaan penyair terhadap perjuangan perempuan ini. Meskipun hidupnya sulit, dia tetap bersemangat, dan penyair merasa terinspirasi oleh keteguhan hatinya.

Keabadian Kehidupan: Puisi ini menggambarkan kehidupan sebagai perjalanan yang penuh dengan tantangan, penderitaan, dan keindahan. Penyair menunjukkan bahwa meskipun kehidupan penuh dengan ketidakpastian dan kesulitan, ada keabadian dalam kekuatan dan ketahanan manusia.

Dalam keseluruhan, puisi "Perempuan yang Tergusur" karya W.S. Rendra adalah sebuah karya sastra yang memadukan realitas sosial yang keras dengan pesan tentang ketahanan, perjuangan, dan keindahan dalam kekuatan perempuan. Puisi ini menggambarkan bagaimana perempuan ini berhasil menjalani hidupnya dengan keberanian meskipun menghadapi berbagai rintangan dan ketidakadilan.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Perempuan yang Tergusur
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.