Puisi: Derita Sudah Naik Seleher (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Derita Sudah Naik Seleher" karya Wiji Thukul menggambarkan pengalaman seseorang yang telah dihimpit oleh penderitaan dan penindasan yang ....
Derita Sudah Naik Seleher


Kau lempar aku dalam gelap
hingga hidupku menjadi gelap

Kau siksa aku sangat keras
hingga aku makin mengeras

Kau paksa aku terus menunduk
tapi keputusan tambah tegak

Darah sudah kau teteskan
dari bibirku
Luka sudah kau bilurkan
ke sekujur tubuhku
Cahaya sudah kau rampas
dari biji mataku

Derita sudah naik seleher
kau
menindas
sampai
di luar batas.

17 November 1996

Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Derita Sudah Naik Seleher" oleh Wiji Thukul menggambarkan pengalaman seseorang yang telah mengalami penderitaan dan penindasan yang sangat berat. Melalui bahasa yang kuat dan penuh emosi, puisi ini mengungkapkan perasaan ketidakadilan dan perlawanan terhadap situasi yang merugikan.

Penindasan dan Kepedihan: Puisi ini menggambarkan betapa kerasnya penindasan yang dialami oleh penyair atau narator. Bahasa yang digunakan seperti "lempar," "siksa," dan "paksa" mencerminkan tindakan keras dan kejam yang dialami oleh narator. Dia merasa teraniaya dan dianiaya oleh kekuatan yang lebih kuat.

Reaksi terhadap Penindasan: Meskipun narator telah mengalami penindasan yang mengerikan, dia menunjukkan reaksi yang kuat terhadap perlakuan tersebut. Sebagai hasil dari penindasan itu, dia telah mengalami perubahan dalam kepribadiannya. Dia tidak hanya makin "tegak," tetapi juga semakin "mengeras," yang dapat diartikan sebagai semangat perlawanan yang tumbuh kuat.

Kekekalan dalam Kepedihan: Puisi ini menyoroti dampak fisik dan emosional dari penindasan. Narator menggambarkan bahwa darahnya telah tertetes, tubuhnya dilukai, dan cahaya dari matanya dirampas. Ini menggambarkan betapa dalamnya rasa sakit dan kehilangan yang dialaminya, serta ketidakadilan yang dihadapinya.

Derita yang Mencapai Batas: Judul puisi, "Derita Sudah Naik Seleher," mencerminkan tingkat derita yang telah mencapai puncaknya. Kata "seleher" menggambarkan gambaran derita yang telah melebihi batas, seperti tumpukan derita yang menumpuk.

Puisi "Derita Sudah Naik Seleher" karya Wiji Thukul menggambarkan pengalaman seseorang yang telah dihimpit oleh penderitaan dan penindasan yang luar biasa. Melalui bahasa yang intens dan menggugah, puisi ini menggambarkan ketidakadilan dan perlawanan terhadap perlakuan yang merusak fisik dan emosional. Puisi ini juga mencerminan semangat untuk tetap berdiri dan menghadapi kesulitan meskipun dalam kondisi yang sulit.

Puisi: Derita Sudah Naik Seleher
Puisi: Derita Sudah Naik Seleher
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
  • Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.