Puisi: Habis Upahan (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Habis Upahan" karya Wiji Thukul menggambarkan penderitaan dan ketidaksetaraan yang dialami oleh pekerja buruh dalam masyarakat.
Habis Upahan


Barusan
lenyap
upah kerja sebulan
sekejap
lenyap

Sekejap saja mampir di kantong
dipotong spsi
sewa rumah bon di warung
odol-shampo dan ini itu
kantong kembali kosong

Di lantai lembab bertopang dagu
di paku-paku bergelantungan
handuk basah dan cucian
dalam tempurung kepala
jelas terbayang
hasil kerja memenuhi bak mobil
mobil angkutan
dibawa kapal menyeberangi lautan
memasuki toko toko sudut sudut
benua

Dan tiap akhir bulan
kami yang mengupas kapas
jadi wujud kain
kain kain serupa pelangi
tiap akhir bulan
di bawah lampu penerang
rumah kontrakan
yang remang-remang
mengotak-atik
kertas slip
seperti anak SD
mencari jawaban
soal matematika


Solo, 4 Agustus 1993

Sumber: Para Jendral Marah-Marah (2013)

Catatan:
Kertas slip = rincian upah.

Analisis Puisi:
Puisi "Habis Upahan" karya Wiji Thukul adalah karya yang mencerminkan penderitaan dan ketidaksetaraan sosial yang dialami oleh pekerja buruh.

Kehidupan yang Penuh Kesulitan: Puisi ini menggambarkan kehidupan yang keras dan penuh kesulitan. Para pekerja dihadapkan pada realitas kehilangan upah bulanan mereka dengan cepat. Upah yang mereka terima sekejap saja lenyap dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Ketidaksetaraan Sosial: Penyair menggambarkan ketidaksetaraan sosial yang ada di masyarakat. Meskipun para pekerja melakukan pekerjaan berat dan menghasilkan produk, mereka hanya mendapatkan bagian yang sangat kecil dari hasil kerja mereka. Upah mereka dipotong oleh berbagai pihak, seperti serikat pekerja (spsi) dan biaya sewa rumah.

Perjuangan Buruh yang Tidak Dikenal: Puisi ini memberi suara kepada pekerja buruh yang seringkali tidak terlihat atau didengar. Mereka yang bekerja keras di belakang layar, seperti mengupas kapas dan membuat kain, jarang mendapatkan pengakuan atas kontribusi mereka dalam produksi.

Kesenjangan Sosial dan Ekonomi: Puisi ini menggarisbawahi perbedaan besar antara upah yang mereka terima dan hasil kerja mereka yang terus berkembang. Hal ini mencerminkan kesenjangan sosial dan ekonomi yang signifikan di masyarakat.

Ketidakpastian dan Kekhawatiran: Puisi ini menciptakan suasana ketidakpastian dan kekhawatiran yang terasa oleh para pekerja. Mereka hidup dari gaji ke gaji, dan kehilangan upah bulanan mereka dapat mengakibatkan kesulitan besar dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Puisi "Habis Upahan" karya Wiji Thukul adalah suara yang menggambarkan penderitaan dan ketidaksetaraan yang dialami oleh pekerja buruh dalam masyarakat. Puisi ini mengingatkan kita tentang pentingnya perhatian terhadap kondisi mereka dan perlunya perubahan dalam sistem sosial dan ekonomi yang adil.

Wiji Thukul
Puisi: Habis Upahan
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.