Puisi: Tretes Malam Hari (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Tretes Malam Hari" karya Ajip Rosidi menggambarkan suasana malam di Tretes dengan menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh dengan makna.
Tretes Malam Hari

Di Tretes malam hari
Semuanya jadi mati:
Surabaya nun jauh di bawah
Gunung Wilis terpacak sebelah kiri

        (Aku teringat akan leluri
        Tentang Buta Locaya dan Plecing Kuning)

Apakah Waktu di sini berhenti
Mengendap dalam cahaya lampu pelabuhan
        di tepi kaki langit?

Angin naik dari lembah.
Bayang-bayang daun bergoyang
Rumput-rumput pun berdesir.
        Ataukah
Hanya hatiku bergetar?

Kucari kau .
Kucari di remang hijau.
Yang mengambang di muka kolam
Wajahmu ataukah bayangan bulan?

Lalu kututupkan jendela.

Malam lengang.
Malamku yang lengang.

1968

Sumber: Jeram (1970)

Analisis Puisi:
Puisi "Tretes Malam Hari" karya Ajip Rosidi merupakan sebuah karya sastra yang menggambarkan suasana malam di Tretes dengan menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh dengan makna.

Atmosfer Malam: Puisi ini membawa pembaca ke suasana malam di Tretes dengan gambaran yang kuat. Penyair menggunakan deskripsi alam, seperti Gunung Wilis dan lampu-lampu pelabuhan, untuk menciptakan atmosfer yang gelap dan hening. Ini menciptakan nuansa misterius dan introspektif yang mengelilingi malam.

Ketidakhadiran: Penyair mengeksplorasi tema ketidakhadiran, baik secara fisik maupun emosional. Dia merenungkan tentang keheningan dan kesendirian malam yang menyertai kehadiran seseorang di Tretes. Bahkan ketika kehadiran orang lain di sekitarnya, seperti Surabaya yang terlihat di kejauhan, tetap terasa jauh dan tidak nyata.

Pertanyaan Eksistensial: Puisi ini juga mencakup pertanyaan-pertanyaan eksistensial tentang waktu dan realitas. Penyair bertanya apakah waktu berhenti di Tretes, dan apakah dia hanya merasakan getaran hatinya sendiri ataukah ada kekuatan alam yang bergerak di sekitarnya.

Pencarian Identitas: Penyair mencari sesuatu yang mungkin hilang, baik dalam bentuk fisik maupun spiritual. Dia mencari seseorang atau sesuatu yang mungkin menjadi sumber kehadiran atau kehangatan dalam malam yang sepi. Namun, kegagalan untuk menemukan apa yang dicari menghasilkan perasaan kesendirian yang lebih dalam.

Penutupan dan Kesendirian: Puisi ditutup dengan pengalaman kesendirian yang mendalam. Penyair menutup jendela dan menyadari bahwa malam yang sepi adalah miliknya sendiri. Ini mencerminkan penerimaan akan keadaan dan keheningan yang mengelilingi dirinya, meskipun mungkin dengan sedikit rasa penyesalan atau kerinduan.

Dengan menggunakan gambaran alam yang kuat dan refleksi tentang ketidakhadiran dan kesendirian, Ajip Rosidi berhasil menciptakan sebuah karya sastra yang mengundang pembaca untuk merenung tentang realitas dan makna kehadiran dalam konteks malam yang hening di Tretes.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Tretes Malam Hari
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.