Puisi: Ballada Penyaliban (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Ballada Penyaliban" karya W.S. Rendra menggambarkan peristiwa penyaliban Yesus Kristus dengan gaya narasi yang dramatis.
Ballada Penyaliban


Yesus berjalan ke Golgota
disandangnya salib kayu
bagai domba kapas putih.

Tiada mawar-mawar di jalanan
tiada daun-daun palma
domba putih menyeret azab dan dera
merunduk oleh tugas teramat dicinta
dan ditanam atas maunya.

Mentari meleleh
segala menetes dari luka
dan leluhur kita Ibrahim
berlutut, dua tangan pada Bapa:
- Bapa kami di sorga
telah terbantai domba paling putih
atas altar paling agung.
Bapa kami di sorga
berilah kami bianglala!

Ia melangkah ke Golgota
jantung berwarna paling agung
mengunyah dosa demi dosa
dikunyahnya dan betapa getirnya.

Tiada jubah terbentang di jalanan
bunda menangis dengan rambut pada debu
dan menangis pula segala perempuan kota.

- Perempuan!
mengapa kautangisi diriku
dan tiada kautangisi dirimu?

Air mawar merah dari tubuhnya
menyiram jalanan kering
jalanan liang-liang jiwa yang papa
dan pembantaian berlangsung
atas taruhan dosa.

Akan diminumnya dari tuwung kencana
anggur darah lambungnya sendiri
dan pada tarikan napas terakhir bertuba:
- Bapa, selesailah semua!


Sumber: Kisah (November, 1955)

Analisis Puisi:
Puisi "Ballada Penyaliban" karya W.S. Rendra menggambarkan peristiwa penyaliban Yesus Kristus dengan gaya narasi yang dramatis. Puisi ini menggambarkan perasaan penderitaan dan pengorbanan Kristus selama proses penyalibannya.

Penyaliban Yesus: Puisi ini fokus pada peristiwa penyaliban Yesus Kristus ke Golgota. Yesus disandang salib kayu dan digambarkan sebagai "domba kapas putih," yang menunjukkan kemurniannya dan pengorbanannya yang tak bersalah.

Atmosfer Kelam: Puisi ini menciptakan atmosfer yang gelap dan penuh penderitaan. Tidak ada mawar atau daun palma di jalanan, hanya domba putih yang merunduk dengan azab dan dera. Ini menciptakan gambaran yang kuat tentang perasaan kesengsaraan dan penderitaan Kristus.

Simbolisme Salib: Salib kayu adalah simbol utama dalam puisi ini. Salib tidak hanya menjadi beban fisik yang harus dipikul oleh Yesus tetapi juga melambangkan pengorbanan, kekudusan, dan penebusan dosa.

Air Mawar Merah: Puisi ini menciptakan gambaran tentang air mawar merah yang mengalir dari tubuh Yesus dan menyiram jalanan yang kering. Ini adalah gambaran simbolis tentang darah Yesus yang dicurahkan untuk penebusan dosa manusia.

Pengorbanan Kristus: Puisi ini menggambarkan pengorbanan Kristus yang besar dan kesadaran akan tugasnya yang dicintai. Kristus dengan penuh kesabaran dan kasih menerima penderitaan yang ditanamkan kepadanya.

Permohonan Ibrahim: Puisi ini menciptakan hubungan antara peristiwa penyaliban Yesus dan permohonan Nabi Ibrahim kepada Tuhan. Permohonan Ibrahim untuk "bianglala" atau tanda mujizat dari Tuhan menciptakan ikatan spiritual antara peristiwa-peristiwa ini.

Pengampunan dan Kesempurnaan: Pada akhir puisi, dalam tarikan napas terakhir Yesus, dia mengucapkan kata-kata "Bapa, selesailah semua!" yang menggambarkan pengampunan, penebusan, dan pemenuhan tugasnya sebagai juru selamat manusia.

Puisi "Ballada Penyaliban" menciptakan gambaran yang kuat tentang peristiwa penyaliban Kristus dan menggambarkan rasa pengorbanan, penderitaan, dan pengampunan yang terkandung dalamnya. Puisi ini memakai bahasa yang dramatis dan simbolis untuk mengkomunikasikan tema-tema keagamaan yang mendalam dan universal.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Ballada Penyaliban
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.