Puisi: Buku Harian Perkawinan (Karya Dorothea Rosa Herliany)

Puisi "Buku Harian Perkawinan" karya Dorothea Rosa Herliany mengajak pembaca untuk merenungkan tentang dinamika kekuasaan, keintiman, dan ...
Buku Harian Perkawinan

Ketika menikahimu, tak kusebut keinginan setia.
engkau bahkan telah menjadi budak penurutku.
dunia yang kumiliki kubangun di atas bukit batu
dan padang ilalang. kau bajak jadi ladang subur
yang mesti kupanen dalam setiap dengus nafsuku.
kupelihara ribuan hewan liar, kujadikan prajurit
yang akan menjaga dan memburumu.
dan kutanam bambu untuk gagang tombak dan sembilu.

Berlarilah sejauh langkah kejantananmu, lelaki!
bersembunyilah di antara ketiak ibumu,
membaca gerak tubuh dan persemaian segala
tumbuhan bijak: ajarilah aku membangun rumah dan
dinding tak berpintu. memenjara penyerahanku
yang kaubaca dengan bahasamu.

Tapi aku menikahimu tidak untuk setia.
kubiarkan diriku bertarung di setiap medan peperangan.
aku panglima untuk sepasukan hewan-hewan liarku
-yang selalu bergairah memandangmu
di atas meja makan.

Sekarang biarlah kudekap engkau,
sebelum kulunaskan puncak laparku!

2000

Sumber: Selendang Pelangi (2006)

Analisis Puisi:

Puisi "Buku Harian Perkawinan" karya Dorothea Rosa Herliany menggambarkan dinamika dan kompleksitas dalam hubungan perkawinan. Dengan gaya yang lugas dan metaforis, puisi ini menghadirkan gambaran tentang pernikahan sebagai medan pertempuran, keintiman, dan penyerahan.

Perkawinan sebagai Medan Pertempuran: Penyair menggambarkan pernikahan sebagai medan pertempuran, di mana pasangan saling bertarung dan berusaha menguasai satu sama lain. Penggunaan metafora ladang, prajurit, dan tombak menggambarkan dinamika kekuasaan dan perjuangan dalam hubungan ini. Pernikahan bukanlah hanya tentang cinta dan kesetiaan, tetapi juga tentang dominasi dan pengendalian.

Dinamika Kekuasaan: Puisi ini menggambarkan dinamika kekuasaan antara suami dan istri. Meskipun dalam tradisi patriarki, suami dianggap sebagai pemimpin, namun puisi ini menunjukkan bahwa dalam hubungan perkawinan, kedua belah pihak memiliki peran dan kekuatan masing-masing. Suami dianggap sebagai panglima yang harus mengendalikan istri dan hewan-hewan liar di sekitarnya, sementara istri diibaratkan sebagai ladang subur yang harus dipanen dan dijaga.

Penyerahan dan Intimasi: Meskipun ada dinamika kekuasaan yang kuat, puisi ini juga menggambarkan momen keintiman antara suami dan istri. Penyair menunjukkan bahwa meskipun ada perjuangan dan pertarungan, ada juga momen kelembutan dan keintiman di antara keduanya. Penggunaan bahasa yang intim, seperti "biarlah kudekap engkau", menunjukkan adanya rasa kasih sayang dan keintiman di antara pasangan.

Kehadiran Dualitas: Puisi ini mencerminkan dualitas dalam hubungan perkawinan, di mana ada momen kekuasaan dan dominasi, namun juga ada momen kelembutan dan keintiman. Hal ini mencerminkan kompleksitas dalam hubungan manusia dan menunjukkan bahwa perkawinan tidak selalu bersifat monolitik, tetapi penuh dengan nuansa dan perasaan yang beragam.

Melalui penggunaan metafora dan bahasa yang kuat, puisi "Buku Harian Perkawinan" menghadirkan gambaran yang kompleks tentang hubungan perkawinan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang dinamika kekuasaan, keintiman, dan kompleksitas dalam hubungan manusia, serta menyoroti berbagai aspek yang terlibat dalam membangun dan menjaga hubungan yang harmonis.

Dorothea Rosa Herliany
Puisi: Buku Harian Perkawinan
Karya: Dorothea Rosa Herliany

Biodata Dorothea Rosa Herliany:
  • Dorothea Rosa Herliany lahir pada tanggal 20 Oktober 1963 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Ia adalah seorang penulis (puisi, cerita pendek, esai, dan novel) yang produktif.
  • Dorothea sudah menulis sejak tahun 1985 dan mengirim tulisannya ke berbagai majalah dan surat kabar, antaranya: Horison, Basis, Kompas, Media Indonesia, Sarinah, Suara Pembaharuan, Mutiara, Citra Yogya, Dewan Sastra (Malaysia), Kalam, Republika, Pelita, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Jawa Pos, dan lain sebagainya.
© Sepenuhnya. All rights reserved.