Puisi: Dengan Kata Lain (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Dengan Kata Lain" karya Joko Pinurbo menyajikan momen yang sederhana namun sarat makna, dengan mengeksplorasi hubungan antara seorang ...
Dengan Kata Lain

Tiba di stasiun kereta, aku langsung cari ojek.
Entah nasib baik, entah nasib buruk, aku mendapat
tukang ojek yang, astaga, adalah guru sejarah-ku dulu.

"Wah, juragan dari Jakarta pulang kampung,"
beliau menyapa. Aku jadi malu dan salah tingkah.
"Bapak tidak berkeberatan mengantar saya ke rumah?"

Nyaman sekali rasanya diantar pulang Pak Guru
sampai tak terasa ojek sudah berhenti di depan rumah.
Ah, aku ingin kasih bayaran yang mengejutkan.
Dasar sial. Belum sempat kubuka dompet, beliau
sudah lebih dulu permisi lantas melesat begitu saja.

Di teras rumah Ayah sedang tekun membaca koran.
Koran tampak capek dibaca Ayah sampai huruf-hurufnya
berguguran ke lantai, berhamburan ke halaman.

Tak ada angin tak ada hujan, Ayah tiba-tiba
bangkit berdiri dan berseru padaku: "Dengan kata lain,
kamu tak akan pernah bisa membayar gurumu."

2004

Sumber: Baju Bulan (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Dengan Kata Lain" karya Joko Pinurbo menyajikan momen yang sederhana namun sarat makna, dengan mengeksplorasi hubungan antara seorang murid dan mantan gurunya.

Makna Harfiah dan Simbolisme: Puisi ini dimulai dengan gambaran fisik, seorang pelancong yang baru tiba di stasiun kereta. Pencarian ojek membuka pintu pada pertemuan yang tak terduga dengan mantan guru sejarah. Penggunaan ojek sebagai sarana transportasi menciptakan simbolisme perjalanan hidup dan pertemuan yang tak terduga.

Kehadiran Mantan Guru Sejarah: Kejutan terbesar muncul ketika tukang ojek yang dipilih ternyata adalah mantan guru sejarah sang narator. Kehadirannya memberikan dimensi emosional pada cerita dan menunjukkan betapa dunia bisa begitu kecil dan penuh kebetulan.

Ketidaknyamanan dan Keunggulan Bahasa: Narator merasa malu dan salah tingkah di depan mantan guru, menunjukkan ketidaknyamanan yang mungkin dialami ketika bertemu dengan seseorang dari masa lalu. Ungkapan "Ah, aku ingin kasih bayaran yang mengejutkan" mencerminkan keinginan untuk menyatakan rasa terima kasih dan penghargaan, namun hal itu tidak terlaksana.

Pengantar Pulang: Pemandangan narator yang diantar pulang oleh mantan guru menciptakan rasa kehangatan dan kenyamanan. Meskipun narator ingin memberikan bayaran yang istimewa, mantan guru itu dengan tegas menolak, menggambarkan bahwa makna hubungan guru-murid tak bisa diukur dengan uang.

Kesimpulan Tak Terduga: Puisi ini mengarah pada kesimpulan tak terduga ketika narator sampai di rumah dan menemukan Ayahnya membaca koran. Ayah memberikan satu kalimat yang penuh makna, "Dengan kata lain, kamu tak akan pernah bisa membayar gurumu." Ini adalah titik puncak puisi yang memberikan pesan mendalam tentang nilai sejati dari pendidikan dan pengajaran.

Gaya Bahasa dan Kehangatan Emosional: Gaya bahasa sederhana Joko Pinurbo menciptakan kehangatan emosional dalam puisi ini. Ungkapan "sampai tak terasa ojek sudah berhenti di depan rumah" menggambarkan ketidaksadaran narator karena terbawa suasana kebersamaan.

Puisi "Dengan Kata Lain" menghadirkan gambaran yang indah dan emosional tentang pertemuan tak terduga antara murid dan guru, serta memberikan refleksi mendalam tentang nilai pendidikan yang tak ternilai harganya. Dalam kata lain, puisi ini menunjukkan bahwa penghargaan dan rasa terima kasih kepada guru tidak dapat diukur dengan materi, melainkan dengan pengakuan akan peran penting yang dimainkan dalam kehidupan seseorang.

"Puisi: Dengan Kata Lain (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Dengan Kata Lain
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.