Puisi: Hampir (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Hampir" karya Joko Pinurbo menggambarkan situasi yang ironis dan menyampaikan pesan yang mendalam tentang kepedulian dan persepsi terhadap ...
Hampir


Ada sepasang pengemis buta suatu hari datang ke rumah.
Sebelum minta sedekah, mereka bertanya dulu:
"Apakah Tuan sudah kaya?" Aku menimpal: "Hampir!"
Dengan halus mereka mohon diri, kemudian menuju
ke tetangga sebelah yang mungkin saja hampir sisa hartanya.

Kini aku merasa benar-benar sudah mampu. Telah kusiapkan
rapelan sedekah bagi sepasang pengemis buta itu.

Mereka muncul juga akhirnya, tapi langsung menuju
ke tetangga sebelah tanpa minta sedekah dulu ke aku.
Ketika mereka lewat di depan rumahku, samar-samar aku
mendengar suara: "Tidak usah ngemis ke tuan yang satu ini.
Kasihan, dia hampir miskin. Besok saja kalau dia hampir mati."


2001

Sumber: Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung (2007)

Analisis Puisi:
Puisi "Hampir" karya Joko Pinurbo adalah karya yang pendek namun penuh dengan makna yang dalam. Dalam puisi ini, pengarang menggambarkan situasi yang ironis dan menyampaikan pesan yang mendalam tentang kepedulian dan persepsi terhadap kemiskinan.

Tema Kemiskinan: Puisi ini berbicara tentang kemiskinan dan bagaimana orang bereaksi terhadapnya. Pengarang menggunakan pengemis buta sebagai representasi kemiskinan dalam kehidupan sehari-hari.

Pertanyaan Awal: Pengemis buta yang datang ke rumah pengarang mengawali pertemuan dengan pertanyaan: "Apakah Tuan sudah kaya?" Pertanyaan ini tidak hanya sekadar meminta sedekah, tetapi juga menunjukkan bahwa pengemis buta ingin tahu apakah orang yang mereka datangi memiliki kemampuan untuk membantu mereka.

Penggunaan Ironi: Poin paling menonjol dalam puisi ini adalah penggunaan ironi. Ketika pengarang menjawab "Hampir!" untuk pertanyaan apakah dia sudah kaya, pengemis buta tersebut justru pergi tanpa meminta sedekah darinya. Ini menciptakan ironi bahwa orang yang sebenarnya mampu memberi sedekah tidak mendapat permintaan sedekah, sementara tetangga yang kurang beruntung mendapatkannya.

Persepsi dan Pemberian Sedekah: Puisi ini mencerminkan bagaimana persepsi orang terhadap kemiskinan dapat memengaruhi tindakan mereka. Orang sering kali lebih suka memberikan bantuan kepada mereka yang dianggap "hampir miskin" daripada kepada mereka yang dianggap benar-benar miskin. Hal ini mengangkat pertanyaan etika tentang memberi dan menerima.

Penutup yang Pahit: Puisi ini diakhiri dengan sebuah catatan pahit ketika pengarang mendengar tetangga mengatakan bahwa pengemis buta itu tidak perlu meminta sedekah kepada pengarang karena dia "hampir miskin" dan bisa memberikan sedekah besok jika dia "hampir mati." Ini mencerminkan sikap sinis terhadap kemiskinan dan ketidakpedulian terhadap nasib orang yang benar-benar membutuhkan bantuan.

Kritik Sosial: Puisi ini juga bisa dianggap sebagai kritik sosial terhadap ketidakpedulian dan persepsi negatif terhadap orang miskin dalam masyarakat. Pengarang mungkin ingin menyampaikan pesan bahwa kita seharusnya lebih peka terhadap orang yang membutuhkan, terlepas dari sejauh mana tingkat kemiskinan mereka.

Puisi "Hampir" adalah contoh yang kuat tentang bagaimana puisi dapat mengungkapkan pesan sosial dan refleksi tentang sikap manusia terhadap kemiskinan. Dalam kependekan kata-katanya, puisi ini menghadirkan pemikiran yang dalam dan dapat memicu refleksi dalam diri pembaca.

Puisi: Hampir
Puisi: Hampir
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.