Puisi: Ibu Kopi (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Ibu Kopi" oleh Joko Pinurbo menggambarkan kehidupan seorang penjual kopi di lingkungan kampung. Puisi ini mengeksplorasi dimensi sosial dan ...
Ibu Kopi

Malam saya terbuat dari jalanan kampung
yang basah, hujan yang baru saja mati,
rindu yang hampir kedaluwarsa,
sepi yang tak lagi berfungsi,
dan seorang penjual kopi
yang mondar-mandir mendorong gerobak kopinya.

Sendok kopi memukul-mukul cangkir kopi
dan suara kopi memantul-mantul
di jidat para penggemar kopi
yang sedang berjuang melawan kantuk dan lupa.

Harum kopinya terbuat dari harum darahnya.
Hitam kopinya terbuat dari hitam nasibnya.
Ia masih muda, sekian tahun yang silam
diambil negara di sebuah huru-hara,
dan sampai sekarang masih dicari-cari oleh ibunya.

Sendok kopi memukul-mukul cangkir kopi.
Saya datang mau membeli kopi,
tapi si penjual kopi tak ada. Saya hanya
bertemu dengan gerobak kopinya.
Saya hanya mendengar suaranya:
"Minumlah kopiku sebagai kenangan akan daku."

Malam saya terbuat dari jalanan kampung
yang basah, hujan yang baru saja mati,
dan seorang ibu yang berjalan sendirian
mendorong gerobak kopi anaknya.
"Selamat malam, Bu. Semua kopi menyayangimu."

2014

Sumber: Buku Latihan Tidur (2017)

Analisis Puisi:
Puisi "Ibu Kopi" oleh Joko Pinurbo adalah sebuah puisi yang menggambarkan gambaran kehidupan seorang penjual kopi di lingkungan kampung. Puisi ini mengeksplorasi dimensi sosial dan emosional dari kehidupan penjual kopi, serta mengungkapkan pesan-pesan yang tersembunyi dalam aktivitas sehari-hari mereka.

Malam yang Terbuat dari Jalanan Kampung: Puisi ini dibuka dengan gambaran malam yang diidentifikasikan dengan jalanan kampung yang basah setelah hujan. Penggambaran ini memberikan suasana yang tenang dan intim, menghubungkan pembaca dengan lingkungan dan suasana yang dijelaskan dalam puisi.

Suaranya yang Memantul-Mantul: Pada bagian ini, puisi merujuk pada suara kopi yang memantul-mantul di kepala para penggemar kopi yang tengah berjuang melawan kantuk dan lupa. Ini mengeksplorasi peran kopi sebagai sumber semangat dan penghilang kepenatan bagi mereka yang menikmatinya.

Kopi sebagai Metafora Nasib dan Kenangan: Puisi kemudian menggunakan kopi sebagai metafora untuk nasib dan kenangan. Harum dan hitamnya kopi mewakili darah dan nasib sang penjual kopi. Kemudian, narasi beralih ke kisah sang penjual yang dulu muda dan mengalami peristiwa negara yang berdarah. Ibunya masih mencarinya hingga sekarang, mengungkapkan rasa kehilangan dan harapan.

Suaranya yang Berkata dalam Kenangan: Puisi ini kembali mengacu pada suara sang penjual kopi, yang kali ini mengatakan kepada pembeli untuk minum kopinya sebagai kenangan akan dirinya. Ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan antara sang penjual dan aktivitasnya yang mewakili bagian penting dari hidupnya.

Gerobak Kopi Anaknya dan Ibu yang Berjalan Sendirian: Puisi ini mengakhiri dengan gambaran ibu yang berjalan sendirian mendorong gerobak kopi anaknya. Kalimat "Semua kopi menyayangimu" menggambarkan penghargaan dan rasa cinta kepada sang ibu yang berjuang dengan menjual kopi demi mencukupi kebutuhan hidup anaknya.

Pesan dan Makna: Puisi "Ibu Kopi" menyampaikan pesan tentang kehidupan sehari-hari seorang penjual kopi di tengah-tengah kampung. Puisi ini menghadirkan keindahan dalam kegiatan sederhana yang sering diabaikan, seperti menghidupkan kembali aroma dan cita rasa kopi. Lebih dari itu, puisi ini mengingatkan kita akan arti pentingnya pengorbanan seorang ibu yang berjuang demi anaknya, mengilustrasikan pengabdian tanpa pamrih dan kasih sayang tanpa batas.

Gaya Penulisan dan Bahasa: Puisi ini menggunakan bahasa yang sederhana namun kuat dalam menyampaikan pesan yang mendalam. Gaya penulisannya menonjolkan detail-detail kecil dalam kehidupan sehari-hari, membantu pembaca merasakan suasana dan emosi yang dihadirkan dalam puisi.

Konteks Sosial dan Emosional: Puisi ini mencerminkan perasaan rasa cinta, pengorbanan, dan kebersamaan dalam konteks masyarakat desa atau kampung. Cerita sang penjual kopi dan ibunya menunjukkan hubungan keluarga yang erat dan perjuangan untuk mengatasi kesulitan hidup.

Puisi "Ibu Kopi" oleh Joko Pinurbo adalah sebuah puisi yang mengangkat gambaran hidup seorang penjual kopi dan ibunya dalam lingkungan kampung. Puisi ini mengeksplorasi nilai-nilai seperti pengorbanan, rasa cinta, dan kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari yang sering diabaikan. Dengan bahasa sederhana namun kuat, puisi ini memperlihatkan betapa pentingnya kehidupan sederhana dalam masyarakat dan keluarga.

Puisi Ibu Kopi
Puisi: Ibu Kopi
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.