Puisi: Memasuki Sunyi (Karya Kriapur)

Puisi "Memasuki Sunyi" karya Kriapur menggambarkan perasaan dan pemikiran yang dalam dalam suasana yang sunyi dan hening.
Memasuki Sunyi


Memasuki sunyi, kulihat kota
Terayun di udara
Dan di pagi sedingin itu, kau menangis lagi
Kabut belum luruh
Air matamu jatuh.

Sebenarnya semua mudah saja terlempar jauh
Atau hujan biar saja turun
Tanpa diawali dengan mendung tergantung
Tapi kematian harus dibebankan
Dan kata-kata harus berjalan
Seperti sedia kala.

Matahari yang biru bergulat dengan dingin
Dan sisa malam yang menyusut jadi batu
Kau tetap, seperti menata nasibmu sendiri
Yang berdiri sebagai pohon rapuh
Di tepi kali.

Memasuki sunyi, semua jadi menggigil
Pagi akan jadi lain
Dan Tuhan begitu baik
Tapi aku tak pernah tahu
Segalanya memang berlaku.


Solo, 1981

Analisis Puisi:
Puisi "Memasuki Sunyi" karya Kriapur adalah sebuah karya yang menggambarkan perasaan dan pemikiran yang dalam dalam suasana yang sunyi dan hening. Puisi ini menciptakan gambaran tentang perubahan dalam hidup dan pertimbangan akan kematian.

Penggambaran Kota: Puisi ini dimulai dengan penggambaran kota yang sedang dihadapi oleh pembicara. Kota digambarkan tenggelam dalam kabut dan dingin, menciptakan suasana yang suram dan mencekam. Hal ini mungkin mencerminkan perasaan pembicara yang sedang menghadapi masa-masa sulit atau perubahan yang signifikan dalam hidupnya.

Kehilangan dan Kematian: Puisi ini menciptakan gambaran tentang air mata yang jatuh di pagi hari yang dingin. Hal ini bisa diartikan sebagai ungkapan tentang kehilangan atau kesedihan yang mendalam. Kehilangan ini mungkin merujuk pada seseorang atau sesuatu yang sangat berarti bagi pembicara. Penggunaan kata "kematian" juga menghadirkan elemen kematian dalam puisi ini, yang mungkin mencerminkan perasaan kehilangan yang mendalam.

Perubahan dan Ketidakpastian: Pembicara dalam puisi ini merenungkan perubahan dalam hidupnya. Ia menyadari bahwa segalanya bisa berubah dan tak ada yang pasti. Ketidakpastian hidup dan nasib seseorang menjadi tema sentral dalam puisi ini.

Alam dan Agama: Puisi ini mencerminkan hubungan antara alam dan agama. Matahari yang bergulat dengan dingin dan sisa malam yang menyusut menjadi batu bisa dianggap sebagai peristiwa alam yang berbicara tentang kekuatan Tuhan atau alam semesta yang tak bisa dihindari.

Bahasa Simbolik: Puisi ini menggunakan bahasa simbolik dan metafora untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaan yang mendalam. Kata-kata seperti "kabut," "air mata," "pohon rapuh," dan "kali" memiliki makna dan simbolisme tertentu dalam konteks puisi.

Puisi "Memasuki Sunyi" adalah sebuah karya yang mendalam dan penuh dengan perasaan. Ia menggambarkan perubahan, kehilangan, dan ketidakpastian dalam hidup seseorang dalam suasana yang sunyi dan hening. Dengan penggunaan bahasa simbolik, puisi ini merangsang pembaca untuk merenungkan makna yang terkandung di dalamnya.


Puisi: Memasuki Sunyi
Puisi: Memasuki Sunyi
Karya: Kriapur

Biodata Kriapur:
  • Kriapur (akronim dari Kristianto Agus Purnomo) lahir pada tahun 1959 di Solo.
  • Kriapur meninggal dunia pada tanggal 17 Februari 1987 dalam sebuah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Batang, Pekalongan, Jawa tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.