Puisi: Pagi, di Stasiun (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Pagi, di Stasiun" karya Goenawan Mohamad mengajak pembaca untuk merenungkan tentang harapan, ketidaksepakatan, dan makna dalam kehidupan ...
Pagi, di Stasiun


Dari ujung Tugu
rel melengkuas
burung jatuh
pada loko lelah

Seharusnya ada peluit
Seharusnya seseorang menjerit
Seharusnya pagi tak singgah
seperti kopi cerah

Seharusnya aku enggan
Seharusnya kau 
Dan kita
tak sampai.


2016

Analisis Puisi:
Puisi "Pagi, di Stasiun" karya Goenawan Mohamad adalah pengamatan singkat tentang suasana di sebuah stasiun kereta pada pagi hari. Dalam puisi ini, penyair menyajikan gambaran yang sederhana namun memiliki makna mendalam.

Setting dan Suasana: Puisi ini memulai dengan deskripsi lokasi, yakni stasiun kereta api. Stasiun kereta api adalah tempat yang sibuk dan penuh dengan aktivitas. Namun, dalam deskripsi ini, suasana pagi yang tenang dan sunyi tampaknya kontras dengan sifat biasanya ramai dan sibuk dari stasiun tersebut.

Imaji: Penyair menggunakan imaji-imaji yang kuat untuk menggambarkan suasana pagi di stasiun. Kata-kata seperti "rel melengkuas" dan "burung jatuh" memberikan gambaran visual tentang situasi yang diamati. Peluit, jeritan, dan kopi cerah juga menggambarkan elemen-elemen yang biasanya terkait dengan suasana stasiun.

Ekspresi Ketidaksepakatan: Dalam puisi ini, terdapat ungkapan ketidaksepakatan terhadap situasi atau suasana yang diamati. Penggunaan kata "seharusnya" secara berulang menunjukkan bahwa ada ekspektasi yang tidak terpenuhi. Ketidaksepakatan ini mungkin mencerminkan perasaan ketidakpuasan atau kekecewaan penyair terhadap sesuatu yang terjadi atau tidak terjadi.

Makna dalam Kesederhanaan: Puisi ini menunjukkan bahwa makna dapat ditemukan dalam momen-momen sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun deskripsi hanya tentang suasana stasiun pagi, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana harapan, kekecewaan, dan ketidaksepakatan dapat hadir dalam pengalaman sehari-hari yang mungkin terlihat biasa.

Suasana Tidak Terduga: Puisi ini menghadirkan suasana yang tidak terduga di stasiun kereta, di mana peluit, jeritan, dan pagi yang cerah seharusnya ada, tetapi tidak. Hal ini menciptakan kebingungan dan kontras yang menarik dalam puisi ini.

Puisi "Pagi, di Stasiun" adalah contoh bagus dari bagaimana penyair dapat menghadirkan makna dalam momen-momen sederhana. Dengan penggunaan bahasa yang sederhana namun efektif, Goenawan Mohamad menciptakan sebuah pengamatan yang mengajak pembaca untuk merenungkan tentang harapan, ketidaksepakatan, dan makna dalam kehidupan sehari-hari.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Pagi, di Stasiun
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.